Translate

Sabtu, 23 Januari 2016

Faidah Berkaitan Dengan Shahihain.




FAIDAH BERKAITAN DENGAN SHAHIHAIN

بسم الله الرحمن الرحيم

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullahu :

فَائِدَتَانِ :

Dua Faidah.

الْفَائِدَةُ الْأُوْلَى:

Faidah Pertama:

لَمْ يَسْتَوْعِبِ "الصَّحِيْحَانِ": صَحِيْحُ الْبُخَارِيِّ، وَمُسْلِمٍ جَمِيْعَ مَا صَحَّ عَنِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَلْ فِيْ غَيْرِهِمَا أَحَادِيْثُ صَحِيْحَةٌ لَمْ يَرْوِيَاهَا.

Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari & Shahih Muslim) tidak memuat seluruh yang shahih dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan pada selain keduanya masih terdapat hadits-hadits shahih yang tidak diriwayatkan oleh keduanya.

قَالَ النَّوَوِيُّ: إِنَّمَا قَصَدَ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ جَمْعَ جُمَلٍ مِنَ الصَّحِيْحِ، كَمَا يَقْصُدُ الْمُصَنِّفُ فِيْ الْفِقْهِ جَمْعَ جُمْلَةٍ مِنْ مَسَائِلِهِ، لَا أَنَّهُ يَحْصُرُ جَمِيْعَ مَسَائِلِهِ.

Berkata Imam An-Nawawi rahimahullahu: sebenarnya yang diinginkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim Allahu yarhamhuma adalah mengumpulkan sejumlah hadits-hadits yang shahih. Sebagaimana penulis dalam bidang fiqh memaksudkan mengumpulkan sejumlah masail fiqh. Bukan membatasi semua masailnya.

لَكِنْ إِذَا كَانَ الْحَدِيْثُ الَّذِيْ تَرَكَاهُ، أَوْ تَرَكَهُ أَحَدُهُمَا مَعَ صِحَّةِ إِسْنَادِهِ فِيْ الظَّاهِرِ أَصْلاً فِيْ بَابِهِ، وَلَمْ يُخْرِجَا لَهُ نَظِيْراً، وَلَا مَا يَقُوْمُ مَقَامَهُ؛ فَالظَّاهِرُ مِنْ حَالِهِمَا أَنَّهُمَا اطَّلَعَا فِيْهِ عَلَى عِلَّةٍ إِنْ كَانَا رَوَيَاهُ، وَيُحْتَمَلُ أَنَّهُمَا تَرَكَاهُ نِسْيَاناً، أَوْ إِيْثَاراً لِتَرْكِ الْإِطَالَةِ، أَوْ رَأَيَا أَنَّ غَيْرَهُ مِمَّا ذَكَرَاهُ يَسُدُّ مَسَدَّهُ، أَوْ لِغَيْرِ ذَلِكَ. اهـ.

Akan tetapi apabila hadits yang ditinggalkan oleh keduanya atau salah satu dari keduanya bersamaan dengan shahihnya sanad hadits tersebut yang secara zhahir merupakan ushul pada babnya, dan keduanya tidak mengeluarkan hadits tersebut sebagai perbandingan, tidak pula mengeluarkan hadits yang menggantikan kedudukannya, Azh-Zhahir (kemungkinan besar _pent) dari keadaan keduanya, bahwa keduanya melihat adanya suatu cacat pada hadits tersebut apabila meriwayatkannya. Dan mungkin juga keduanya meninggalkan hadits tersebut karena lupa. Atau lebih mengedepankan meninggalkan perluasan kitab. Atau karena memandang bahwa ada selainnya yang telah disebutkan yang menggantikan kedudukannya. Atau karena selain hal tersebut. (Selesai)

الفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ:

Faidah Kedua:

اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ "صَحِيْحَيْ البُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ" أَصَحُّ الْكُتُبِ الْمُصَنَّفَةِ فِيْ الْحَدِيْثِ فِيْمَا ذَكَرَاهُ مُتَّصِلاً.

Para ulama telah bersepakat bahwa Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab tershahih yang disusun dalam bidang hadits yang disebutkan oleh keduanya secara bersambung.

قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ: لَا يَتَّفِقَانِ عَلَى حَدِيْثٍ إِلَّا يَكُوْنُ صَحِيْحاً لَا رَيْبَ فِيْهِ.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah: tidaklah keduanya bersepakat pada suatu hadits, melainkan hadits tersebut adalah shahih tanpa keraguan padanya.

وَقَالَ: جُمْهُوْرُ مُتُوْنِهِمَا، يَعْلَمُ أَهْلُ الْحَدِيْثِ عِلْماً قَطْعِيًّا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَهَا. اهـ.

Dan beliau rahimahullahu juga berkata: mayoritas matan (lafazh hadits) kedua shahih tersebut, para ulama mengetahuinya secara qath'i (pasti), bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyabdakannya. (Selesai)

هَذَا وَقَدِ انْتَقَدَ بَعْضُ الْحُفَّاظِ عَلَى صَاحِبَيْ "الصَّحِيْحَيْنِ" أَحَادِيْثَ نَزَلَتْ عَنْ دَرَجَةٍ مَا الْتَزَمَاهُ، تَبْلُغُ مِائَتَيْنِ وَعَشْرَة أَحَادِيْثَ، اشْتَرَكَا فِيْ اثْنَيْنِ وَثَلَاثِيْنَ مِنْهَا، وَانْفَرَدَ البُخَارِيُّ بِثَمَانِيَةٍ وَسَبْعِيْنَ، وَانْفَرَدَ مُسْلِمٌ بِمِئَةٍ.

Sebagian para huffazh memberikan kritikan terhadap pemilik shahihain akan hadits-hadits yang turun dari derajat yang keduanya beriltizam dengannya. Hadits-hadits tersebut mencapai sejumlah 210 hadits. Keduanya berserikat pada 32 hadits. Dan Imam Al-Bukhari bersendirian pada 78 hadits. Dan Imam Muslim bersendirian pada 100 hadits.

قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: جُمْهُوْرُ مَا أُنْكِرَ عَلَى الْبُخَارِيِّ مِمَّا صَحَّحَهُ، يَكُوْنُ قَوْلُهُ فِيْهِ رَاجِحاً عَلَى مَنْ نَازَعَهُ، بِخِلَافِ مُسْلِمٍ فَإِنَّهُ نُوْزِعَ فِيْ أَحَادِيْثَ خَرَّجَهَا، وَكَانَ الصَّوَابُ مَعَ مَنْ نَازَعَهُ فِيْهَا.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu: mayoritas hadits yang diingkari terhadap Imam Al-Bukhari dari apa-apa yang dishahihkan oleh beliau, pendapat beliau adalah pendapat yang rajih dibanding orang yang mempertentangkannya. Berbeda dengan Imam Muslim, sesungguhnya beliau dipertentangkan pada hadits-hadits yang dikeluarkan oleh beliau, dan yang benar adalah bersama orang yang mempertentangkannya pada hal tersebut.

وَمَثَّلَ لِذَلِكَ بِحَدِيْثِ: "خَلَقَ اللهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السّبْتِ"، وَحَدِيْثُ "صَلَاةُ الْكُسُوْفِ بِثَلَاثِ رُكُوْعَاتٍ وَأَرْبَعٍ".

Dan Ibnu Taimiyyah rahimahullahu memberikan mitsal untuk hal tersebut dengan hadits:

"خَلَقَ اللهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السّبْتِ"

"Allahu Subhanahu wa Ta'ala menciptakan tanah pada hari sabtu". (HR Muslim: 2789)

**Tambahan Faidah (pent):

Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya (1/70):

وَهَذَا الْحَدِيْثُ مِنْ غَرَائِبِ صَحِيْحِ مُسْلِمٍ، وَقَدَ تَكَلَّمَ عَلَيْهِ عَلِيٌّ بْنُ الْمَدِيْنِي وَالْبُخَارِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْحُفَّاظِ، وَجَعَلُوْهُ مِنْ كَلَامِ كَعْبٍ، وَأَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ إِنَّمَا سَمِعَهُ مِنْ كَلَامِ كَعْبٍ الْأَحْبَارِ، وَإِنَّمَا اشْتَبَهَ عَلَى بَعْضِ الرُّوَاةِ فَجَعَلُوْهُ مَرْفُوْعًا، وَقَدْ حَرَّرَ ذَلِكَ الْبَيْهَقِي.

Hadits ini adalah termasuk keanehan-keanehan dalam Shahih Muslim. Hadits tersebut telah dikritik oleh Imam 'Ali Ibnu Al-Madini dan Al-Bukhari, dan lebih dari satu orang dari kalangan para huffazh. Dan mereka menjadikan hadits tersebut dari ucapan Ka'ab Al-Ahbar. Dan bahwasannya Abu Hurairah mendengar hadits tersebut dari ucapan Ka'ab Al-Ahbar. Hanya saja tersamarkan oleh sebagian para perawi, sehingga mereka keliru menjadikannya marfu' dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan sungguh Imam Al-Baihaqi telah mengintisarikan hal tersebut. Radhiallahu 'anil jami'. 

Dan Imam Ibnu Katsir rahimahullahu juga berkata dalam tafsirnya (2/221):

وَلِهَذَا تَكَلَّمَ الْبُخَارِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْحُفَّاظِ فِيْ هَذَا الْحَدِيْثِ، وَجَعَلُوْهُ مِنْ رِوَايَةِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، عَنْ كَعْبٍ الْأَحْبَارِ، لَيْسَ مَرْفُوْعًا، والله أعلم.

Oleh karenanya, Imam Al-Bukhari rahimahullahu dan juga bukan hanya Satu orang dari kalangan para huffazh, mereka mengkritik hadits ini, dan mereka menjadikan hadits tersebut dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dari Ka'ab Al-Ahbar, bukan kategori hadits marfu' dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Wallahu a'lam.**

Dan hadits:

"صَلَاةُ الْكُسُوْفِ بِثَلَاثِ رُكُوْعَاتٍ وَأَرْبَعٍ"

"Shalat Kusuf dengan tiga raka'at dan empat." (HR Muslim: 901)

**Tambahan Faidah (pent):

Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menilai, ini termasuk kekeliruan  dalam Shahih Muslim, dan beliau berkata dalam Majmu' Fatawa (17/236):

وَالصَّوَابُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُصَلِّهَا إِلَّا مَرَّةً وَاحِدَةً بِرُكُوْعَيْنِ. وَلِهَذَا لَمْ يُخْرِجِ الْبُخَارِيُّ إِلَّا هَذَا، وَكَذَالِكَ الشَّافِعِيُّ، وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ فِيْ إِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ.   

Yang tepat, bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak melakukan shalat kusuf melainkan hanya sekali dengan dua ruku'. Oleh karena itu, Al-Bukhari tidak mengeluarkan kecuali hanya hadits ini (yakni: dengan dua ruku' _pent). Demikian juga Asy-Syafi'i. Dan Ahmad Ibnu Hambal dalam salah satu dari dua riwayat dari beliau. Allahu yarhamul jami'.
                                                                                                           
Dan Ibnu Taimiyyah rahimahullahu juga berkata dalam Majmu' Fatawa (18/17-18):

فَإِنَّ هَذَا ضَعَّفَهُ حُذَّاقٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ... وَلِهَذَا ضَعَّفَ الشَّافِعِي وَغَيْرُهُ أَحَادِيْثَ الثَّلَاثَةِ وَالْأَرْبَعَةِ، وَلَمْ يَسْتَحِبُّوْا ذَالِكَ. وَهَذَا أَصَحُّ الرِّوَاتَيْنِ عَنْ أَحْمَدَ. وَرُوِيَ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَجُوْزُ ذَالِكَ قَبْلَ أَنْ يَتَبَيَّنَ لَهُ ضَعْفُ هَذِهِ الْأَحَادِيْثِ.

Sesungguhnya hadits ini dilemahkan oleh para pakar dari kalangan ahlul ilmi… Oleh karenanya, Imam Asy-Syafi'i rahimahullahu dan selain beliau melemahkan hadits-hadits tiga dan empat kali ruku' dalam shalat kusuf. Mereka tidak memandang mustahab hal tersebut. Dan ini juga pendapat yang tershahih dari dua riwayat dari Imam Ahmad rahimahullahu. Dan diriwayatkan juga dari beliau rahimahullahu, bahwa hal tersebut boleh, sebelum jelas bagi beliau tentang kelemahan hadits-hadits tersebut. (Selesai)**    

وَقَدْ أُجِيْبَ عَمَّا انْتُقِدَ عَلَيْهِمَا بِجَوَابَيْنِ مُجْمَلٍ وَمُفَصَّلٍ:

Dan telah dijawab dari apa-apa yang dikritikkan kepada Shahihani, dengan dua jawaban, secara global dan terperinci:

1_ أَمَّا الْمُجْمَلُ: فَقَالَ ابْنُ حَجَرَ الْعَسْقَلَانِيِّ فِيْ مُقَدِّمَةِ "فَتْحُ الْبَارِي": لَا رَيْبَ فِيْ تَقْدِيْمِ الْبُخَارِيِّ ثُمَّ مُسْلِمٍ عَلَى أَهْلِ عَصْرِهِمَا وَمَنْ بَعْدَهُ مِنْ أَئِمَّةِ هَذَا الْفَنِّ فِيْ مَعْرِفَةِ الصَّحِيْحِ وَالْمُعَلَّلِ.

Pertama.
Adapun secara global: berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-'Asqalany rahimahullahu dalam muqaddimah 'Fathu Al-Bari': Tidak diragukan tentang lebih didahulukannya Imam Al-Bukhari kemudian Imam Muslim dibanding orang yang sezaman dengan mereka berdua dan yang setelahnya dari kalangan para imam dalam bidang ini, mengenai pengetahuan tentang shahih dan 'ilal (nya suatu hadits _pent). Allahu yarhamul jami'.

قَالَ: فَبِتَقْدِيْرِ تَوْجِيْهِ كَلَامِ مَنِ انْتَقَدَ عَلَيْهِمَا يَكُوْنُ قَوْلُهُ مُعَارِضاً لِتَصْحِيْحِهِمَا، وَلَا رَيْبَ فِيْ تَقْدِيْمِهِمَا فِيْ ذَلِكَ عَلَى غَيْرِهِمَا، فَيَنْدَفِعُ الْاِعْتِرَاضُ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةِ. اهـ.

Kemudian beliau rahimahullahu juga berkata: apabila memandang orientasi perkataan orang yang menganalisa terhadap Shahihaian, maka pendapat orang tersebut kontradiksi dengan penshahihan yang dilakukan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Dan tidak diragukan bahwa lebih didahulukannya Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam masalah penshahihan ketimbang selain keduanya. Maka (dengan ini _pent) hilanglah kontradiksi secara global. (Selesai)

2_ وَأَمَّا الْمُفَصَّلُ: فَقَدْ أَجَابَ ابْنُ حَجَرَ فِيْ الْمُقَدِّمَةِ عَمَّا فِيْ "صَحِيْحِ الْبُخَارِيِّ" جَوَاباً مُفَصَّلاً عَنْ كُلِّ حَدِيْثٍ، وَأَلَّفَ الرَّشِيْدُ الْعَطَارُ كِتَاباً فِيْ الْجَوَابِ عَمَّا انْتُقِدَ عَلَى مُسْلِمٍ حَدِيْثاً حَدِيْثاً.

Kedua.
Adapun secara terperinci: telah dijawab oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Muqaddimah Fathu Al-Bari dari apa-apa yang terdapat dalam 'Shahih Al-Bukhari' dengan jawaban secara tereperinci pada setiap haditsnya. Dan Ar-Rasyid Al-'Athar rahimahullahu juga telah menyusun sebuah kitab untuk menjawab dari apa-apa yang dikritik terhadap Imam Muslim rahimahullah sehadits demi sehadits.   

وَقَالَ الْعِرَاقِيُّ فِيْ "شَرْحِ أَلْفِيَتِهِ" فِيْ الْمُصْطَلَحِ: إِنَّهُ قَدْ أُفْرِدَ كِتَاباً لِمَا ضُعِّفَ مِنْ أَحَادِيْثَ "الصَّحِيْحَيْنِ" مَعَ الْجَوَابِ عَنْهَا، فَمَنْ أَرَادَ الزِّيَادَةَ فِيْ ذَلِكَ فَلْيَقِفْ عَلَيْهِ، فَفِيْهِ فَوَائِدُ وَمُهِمَّاتٌ. اهـ.

Dan berkata Al-Hafizh Al-'Iraqi rahimahullahu dalam 'Syarah Alfiyahnya' dalam bidang musthalah: sesungguhnya telah disendirikan sebuah kitab yang menguraikan hadits-hadits yang dilemahkan dalam Shahihain beserta jawaban hal tersebut. Barang siapa ingin mencari tambahan mengenai masalah tersebut, maka berhentilah (baca: menolehlah) padanya, maka padanya terdapat berbagai fawaid dan perkara-perkara yang penting. (Selesai)

Wallahu a'lam bish-shawab. Wa baarakallahu fikum.

Akhukum fillah :
Ahad, 13  - Rabi'uts Tsani - 1437 H / 24 - 01 - 2016 M


                                                                                

Baca Juga :
--------------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.