Translate

Senin, 25 Juli 2016

Al-Jarh & At-Tadil Adalah Perkara Khilafiyah.



AL-JARH & AT-TA'DIL ADALAH PERKARA KHILAFIYAH

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما مزيدا، أما بعد..

Berkaitan dengan masalah ini, syaikh dan guru kami Abu Nashr Muhammad Ibnu 'Abdillah Al-Imam hafizhahullahu, beliau pernah sedikit menguraikan dan juga sedikit menukil aqwal para ulama berkaitan dengan masalah ini, bahwa masalah Al-Jarh dan At-Ta'dil termasuk dalam ranah ijtihadiyyah dan ranah khilafiyyah. Beliau hafizhahullahu berkata:    

إذا كان الاختلاف حاصلا في كثير من الأحكام الفقهية مع أنها مبنية على ما قاله الله ورسوله صلى الله عليه وسلم، فمن باب أولى أن يكون حاصلا في مسائل يتكلم فيها أهل الجرح والتعديل حسب علمهم واجتهادهم. وهذا أمر لا ينكر؛ لكثرة حصوله، ولتقريره من قبل أهل العلم. 

Apabila khilafiyyah (perselisihan) terjadi pada kebanyakan dari hukum-hukum fiqhiyah -padahal ia dibangun di atas firman Allah dan sabda nabi shallallahu 'alaihi wasallam-, maka min bab al-aula (lebih mungkin) perselisihan ini terjadi pada masalah-masalah yang diperbincangkan oleh ahli jarh dan ta'dil disesuaikan dengan pengetahuan dan ijtihad mereka. Dan ini adalah perkara yang tidak bisa diingkari; karena banyaknya kejadian tersebut, dan adanya keterangan hal tersebut dari kalangan ahlul ilmi.    

مما هو معلوم عند المتبحرين في الفقه بأحكام الشريعة الإسلامية: كثرة الاختلاف في الأحكام وتنوع الاجتهادات فيها؛ مما يجعل الجزم بالصواب في بعضها متعسراً! فإذا كان هذا حاصلا في الأمور الفقهية، فمن باب أولى حصوله في بعض أمور الجرح المبنية على الاجتهادات والاحتمالات.

Termasuk perkara yang maklum di kalangan orang-orang yang mendalami fiqh mengenai hukum-hukum syari'at islam: akan banyaknya khilafiyyah dalam berbagai hukum dan beraneka ragamnya ijtihad pada berbagai hukum tersebut; sehingga memastikan suatu kebenaran pada sebagian masalah adalah sesuatu yang sulit! Apabila hal ini terjadi pada perkara-perkara fiqhiyyah, maka khilafiyyah ini lebih memungkinkan terjadi pada sebagian perkara-perkara Jarh yang dibangun di atas berbagai ijtihad dan kemungkinan-kemungkinan.  

Berkata syaikhul islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam [Majmu' Al-Fatwa: 20/252]:

وفي الصحيحين عن عمرو بن العاص رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: {إِذَا اجْتَهَدَ الحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا اجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ}، فتبين أن المجتهد مع خطئه له أجر؛ وذلك لأجل اجتهاده وخطؤه مغفور له؛ لأن درك الصواب في جميع أعيان الأحكام إما متعذر أو متعسر! وقد قال تعالى :{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِيْ الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍ} وقال تعالى: {يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ}.

Dalam shahihain dari shahabat 'Amr Ibn Al-'Ash radhialahu 'anhu nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "apabila seorang hakim berijtihad kemudian benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Dan apabila ia berijtihad kemudian salah, maka ia mendapatkan satu pahala".

Maka jelaslah, bahwa seorang mujthid bersamaan dengan salahnya, ia tetap mendapatkan satu pahala; yang demikian dikarenakan ijtihad/kesungguhan-nya, dan kesalahannya dimaafkan. Karena mengetahui suatu kebenaran pada seluruh person berbagai hukum, bisa jadi berudzur atau bisa jadi sulit. Sementara Allah telah menegaskan:

{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِيْ الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍ}

"Ia tidak menjadikan sesuatupun yang sempit dalam agama".

Dan juga firman-Nya:

{يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ}

"Allah menginginkan kemudahan bagi kalian dan Ia tidak menginginkan kesulitan".

Dan masih dalam sumber yang sama, beliau rahimahullah berkata:

والعدل الحقيقي قد يكون متعذرا أو متعسرا إما علمه وإما العمل به لكون التماثل من كل وجه غير متمكن أو غير معلوم، فيكون الواجب في مثل ذلك ما كان أشبه بالعدل وأقرب إليه وهي الطريقة المثلى؛ ولهذا قال سبحانه: {وَأَوْفُوْا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا}.

Dan sifat adil yang hakiki bisa jadi berudzur atau sulit, baik dari sisi mengetahuinya dan dari sisi mengamalkan hal tersebut, dikarenakan terjadinya persamaan dari segala sisi adalah sesuatu yang tidak memungkinkan dan tidak diketahui. Maka yang wajib pada yang semisal itu adalah apa-apa yang paling menyerupai dan paling dekat dengan keadilan, dan inilah metode yang terbaik; oleh karenanya Allah Jalla wa 'Ala menegaskan:

{وَأَوْفُوْا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا}

"Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil, Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya".

Kemudian Asy-Syaikh Al-Imam hafizhahullah mengatakan:

قلت: أما تعسر أعيان بعض الأحكام في الجرح والتعديل، فيدل على كثرة ذالك كثرة اختلاف علماء الجرح في الرجل الواحد، فتجد أنه يجتمع في بعض الرواة توثيق وتحسين وتضعيف خفيف وتضعيف شديد. وإذا أردت معرفة هذا فارجع إلى ميزان الاعتدال للذهبي وأمثاله من الكتب الجامعة لأقوال الجرح والتعديل، بل إن المجرح الواحد قد تختلف أقواله في بعض المتكلم فيهم، فتارة يجرحه وتارة يوثقه.

Aku katakan: adapun sulitnya pada person-person sebagian hukum dalam jarh dan ta'dil, yang menunjukkan banyaknya (khilaf) hal tersebut adalah banyaknya khilafiyyah para ulama jarh terhadap satu orang. Engkau akan mendapati terkumpulnya tautsiq, tahsin, tadh'if ringan dan tadh'if syadid pada sebagian perawi. Dan jika kamu ingin mengetahui hal ini, maka merujuklah pada kitab "Mizan Al-I'tidal" karya Adz-Dzahabi dan yang semisalnya berupa kitab-kitab yang mengandung perkataan-perkataan jarh dan ta'dil. Bahkan satu pen-jarh terkadang beraneka ragam perkataannya pada sebagian orang yang diperbincangkan, terkadang men-jarh-nya dan terkadang men-tautsiq-nya.    

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata tatkala menyebutkan orang yang ucapannya menjadi sandaran dalam jarh dan ta'dil, dan beliau menguraikan tentang aneka ragamnya ijtihad imam besar Yahya Ibnu Ma'in rahimahullahu dalam jarh dan ta'dil:

وقد سأله عن الرجال عباس الدوري وعثمان الدارمي وأبو حاتم وطائفة، وأجاب كل واحد منهم بحسب اجتهاده. ومن ثم اختلفت آرائه وعباراته في بعض الرجال، كما اختلفت اجتهادات الفقهاء المجتهدين، وصارت لهم في المسئلة أقوال.

'Abbas Ad-Dauri, 'Utsman Ad-Darimi dan Abu Hatim serta sekelompok orang telah bertanya kepada imam Yahya Ibnu Ma'in Allahu yarhamuhum. Maka beliau menjawab masing-masing dari mereka sesuai dengan ijtihadnya. Dan dari sanalah kemudian terjadi perbedaan pendapat-pendapat pada sebagian para rijal. Sebagaimana terjadi perbedaan ijtihad di kalangan fuqaha mujtahidin. Sehingga mereka memiliki beberapa aqwal (pendapat) dalam satu masalah.     

Dan imam Adz-Dzahabi juga berkata mengenai Imam Yahya Ibnu Ma'in rahimahumallahu:

هو في نفسه يوثق الشيخ، تارة يختلف اجتهاده في الرجل الواحد، فيجيب السائل بحسب ما اجتهد من القول في ذالك الوقت.

Beliau dalam satu keadaan men-tautsiq seorang syaikh, terkadang berbeda ijtihadnya terhadap satu orang. Beliau menjawab penanya sesuai dengan ijtihadnya berupa pendapat pada waktu tersebut.

Berkata Imam At-Tirmidzi rahimahullahu:

وقد اختلف الأئمة من أهل العلم في تضعيف الرجال، كما اختلفوا في سوى ذالك من العلم. 

Sungguh para imam dari kalangan ahlul ilmi telah berselisih mengenai pen-tadh'if-an para perawi, sebagaimana mereka berselisih pada ilmu-ilmu yang lain. [Syarh Al-'Ilal 2/709-710]  

Kemudian Imam At-Tirmidzi rahimahullahu menyebutkan tentang amirul mukminin fil hadits Syu'bah Ibnu Al-Hajjaj Abu Bistham Al-'Ataqi rahimahullah, bahwa beliau men-dha'if-kan: Abu Az-Zubair Al-Makki, 'Abdul Malik Ibnu Abi Sulaiman, dan Hakim Ibnu Jubair. Dan ia juga meninggalkan periwayatan dari mereka. Akan tetapi ia mengambil riwayat dari para perawi yang kualitas hafalan dan adilnya berada di bawah mereka, dimana ia meriwayatkan dari: Jabir Al-Ju'fi, Ibrahim Ibnu Muslim Al-Hajari dan Muhammad Ibnu 'Ubaidillah Al-'Arzami dan selain mereka yang dilemahkan hadits-haditsnya.

Ditanyakan kepada Syu'bah rahimahullah: "engkau meninggalkan 'Abdul Malik Ibnu Abi Sulaiman, akan tetapi engkau meriwayatkan dari Muhammad Ibnu 'Ubaidillah Al-'Arzami?" Lalu beliau menjawab: "iya".

Dan telah tsabit lebih dari satu dari kalangan para imam, mereka telah meriwayatkan hadits dari Abu Az-Zubair Al-Makki, 'Abdul Malik Ibnu Abi Sulaiman dan dan Hakim Ibnu Jubair.

Kemudian Imam At-Tirmidzi rahimahullah menyebutkan tentang 'Atha dan Ayyub As-Sikhtiyani, dimana keduanya men-tautsiq Abu Az-Zubair Al-Makki. Dan juga menyebutkan tentang Sufyan Ats-Tsauri, dimana beliau men-tautsiq 'Abdul Malik Ibnu Abi Sulaiman. Dan juga menyebutkan tentang 'Ali Ibu Al-Madini, berkata Yahya Ibnu Ma'in: bahwa Sufyan At-Tsauri dan Zaidah Ibnu Qudamah meriwayatkan hadits dari Hakim Ibnu Jubair. Yahya Ibnu Ma'in memandang La Ba'sa (tidak mengapa) pada haditsnya. (Ilal At-Tirmidzi 2/709-710 dinukil secara ringkas)  

010. Ikhtilaf Ulama Dalam Jarh & Ta'dil.



PERTEMUAN : KE-SEPULUH
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"IKHTILAF 'ULAMA DALAM JARH & TA'DIL"

قَالَ الشَّيْخُ الْعُثَيْمِيْنُ رَحِمَهُ اللهُ:

وَقَدْ يَخْتَلِفُ الْعُلَمَاءُ فِيْ تَعْدِيْلِ رَجُلٍ مُعَيَّنٍ - وَهَذِهِ تَقَعُ كَثِيْراً -، أَنْظُرُ مَثَلاً التَّهْذِيْبَ أَوْ تَهْذِيْبَ التَّهْذِيْبِ لِابْنِ حَجَرَ رَحِمَهُ اللهُ أَوْ غَيْرَهُ، تَجِدُ أَنَّ الشَّخْصَ الوَاحِدَ يَخْتَلِفُ فِيْهِ الْحُفَّاظُ، فَيَقُوْلُ أَحَدُ الْحُفَّاظِ: هَذَا رَجُلٌ لَا بَأْسَ بِهِ. وَيَقُوْلُ غَيْرُهُ: هُوَ ثِقَةٌ. وَيَقُوْلُ آخَرٌ: اضْرِبْ عَلَى حَدِيْثِهِ، لَيْسَ بِشَيْءٍ.

Berkata Asy-Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullahu:

Terkadang para ulama berselisih dalam penta'dilan terhadap perorangan tertentu -dan ini sering terjadi-, misalkan aku melihat kitab At-Tahdzib atau kitab Tahdzib At-Tahdzib karya Ibnu Hajar rahimahullahu atau selainnya, engkau akan mendapati bahwa satu orang diperselisihkan oleh para huffazh. Seorang hafizh berkata: "orang ini tidak mengapa dengannya". Dan selain hafizh tersebut berkata: "ia seorang yang tsiqah". Dan yang lainnya lagi berkata: "lemparlah haditsnya, ia tidak teranggap".    

Minggu, 17 Juli 2016

009. Perawi Yang 'Adil.


PERTEMUAN : KE-SEMBILAN
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"PERAWI YANG ADIL"

Sahabat fillah sekalian.  
Untuk pertemuan kita kali ini, insya Allah kita akan menguraikan masalah seputar "PERAWI YANG 'ADIL". Dimana sifat 'Adil dijabarkan oleh Asy-Syaikh Al-'Utsaimin -rahimahullah- mencakup sifat istiqamah dan muru'ah. Kemudian beliau menguraikan satu persatu apa gerangan yang dimaksud dengan istiqamah dan apa yang dimaksud dengan muru'ah, kaitan keduanya dengan 'Adlny seorang perawi. Hanya saja pada pertemuan ini, Asy-Syaikh -rahimahullah- tidak berpanjang lebar dalam menguraikannya.

Dan di sisi yang lain..
Pada kitab sebelumnya yang telah kita pelajari bersama; tepatnya pada kitab Musthalah Al-Hadits pertemuan ke - 12 bagian pertama, kita juga telah menguraikan masalah seputar 'Adalah atau ke-'Adl-an seorang perawi.

Sahabat fillah sekalian..
Pada pertemuan tersebut, cukup detil kita menguraikan masalah yang berkaitan dengan sifat 'Adl. Di sana kita juga sedikit menukil beberapa keterangan dari kitab Al-Kifayah karya Al-Khatib Al-Baghdadi, dan juga dari kitab Irsyad Al-Fuhul karya Imam Asy-Syaukani -Allahu yarhamuhuma-, dan juga sedikit menukil keterangan dari Syarh Al-Baiquniyyah karya Syaikh 'Ali Ar-Razihi -hafizhahullahu-.

Kesimpulannya..
Sebelum kita memasuki pertemuan ke sembilan yang akan kita uraikan bersama ini, sangat kami sarankan, agar sahabat fillah sekalian memuraja'ah atau menela'ah ulang terlebih dahulu kitab Musthalah Al-Hadits pertemuan ke - 12 bagian pertama yang walhamdulillah telah kita pelajari bersama. 

Apabila sahabat fillah sekalian menguasai uraian pada kitab Musthalah Al-Hadits petemuan ke - 12 bagian pertama tersebut dengan baik, insya Allah pertemuan ke - 9 pada Syarh Nazham Al-Baiquniyyah ini adalah sesuatu yg sangat mudah bi idzbillah. Allahu yubaarik fikum wa yaftah 'alaikum.

Berikut link pertemuan ke - 12 bagian pertama dari kitab Musthalah Al-Hadits yg telah kita pelajari bersama sebelumnya: DETIL URAIAN SEPUTAR PERAWI YANG 'ADIL.

*****

قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ:
يَرْويهِ عَدْلٌ ضَابِطٌ عَنْ مِثْلِهِ  *  مُعْتَمَدٌ فِيْ ضَبْطِهِ ونَقْلِهِ

Berkata Imam Al-Baiquniy rahimahullahu:
Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.