Translate

Minggu, 30 Agustus 2015

19). Al-Idraj Fil Matan.



PERTEMUAN : KE-SEMBILAN BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
PENGARANG : IBNU 'UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
_________

بِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ

"AL-IDRAJ FIL MATAN"

Sejatinya, Al-Idraj ini adakalanya terjadi pada "sanad" dan adakalanya terjadi pada "matan". Akan tetapi apa yang disampaikan oleh asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah dalam pertemuan ini -bahkan dalam kitab ini- yang berkaitan dengan MUDRAJ hanyalah seputar Al-Mudraj Fil Matan. Beliau tidak menerangkan Mudraj yang terjadi pada sanad.

Demikian juga beliau tidak menerangkan kecuali hanya Mudraj Fil Matan pada silsilah kitab setelah ini, yakni pada Syarh Al-Baiquniyyah karya beliau.

Akan tetapi tentang uraian Al-Idraj pada "sanad", insya Allah akan kita uraikan bersama pada silsilah kitab ketiga. Yakni pada kitab Syarh Ikhtishar Ulum Hadits karya Ibnu Katsir rahimahullah. Bi idznillahi wabi masyiatih.

Berkata asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah :

الإِدْرَاجُ فِيْ المَتنِ
أ_ تَعرِيفُهُ، ب_ مَكَانُهُ مَعَ التَّمثيِلِ، ج_ مَتَى يُحكَمُ بِهِ

Al-Idraj pada matan.
A_ Definisi al-idraj fil matan. B_ Letaknya beserta contoh. C_ Kapan sesuatu dihukumi sebagai al-idraj fil matan.

A). DEFINISI AL-IDRAJ FIL MATAN.

أ_ الإِدرَاجُ فِي المَتنِ
أَن يُدخِلَ أَحَدُ الرُّوَاةِ فِي الحَدِيثِ كَلَاماً مِن عِندِهِ بِدُوْنِ بَيَانٍ، إِمَّا: تَفسِيراً لِكَلِمَةٍ، أَوِ استِنْبَاطاً لِحُكمٍ، أَو بَيَاناً لِحِكمَةٍ

Al-Idraj pada matan yaitu :
Salah seorang perawi memasukan suatu ucapan yang berasal dari sisinya, ke dalam suatu hadits, tanpa adanya keterangan. Baik dikarenakan sebagai tafsir terhadap suatu kalimat, maupun pengambilan istinbath terhadap suatu hukum, atau sebagai penjelasan terhadap suatu hikmah.

B_ LETAKNYA BESERTA CONTOH.

ب_ مَكَانُهُ مَعَ التَّمثِيلِ
وَيَكُونُ فِي أَوَّلِ الحَدِيثِ وَوَسَطِهِ وَآخِرِهِ

Letaknya beserta contoh.
Al-idraj fil matan terkadang terletak pada awal hadits. Dan terkadang terletak pada pertengahan hadits. Dan terkadang terletak pada akhir hadits.

Contoh al-idraj fil matan yang terletak pada awal hadits.

مِثَالُهُ فِي أَوَّلِهِ : حَدِيثُ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: "أَسبِغُوْا الوُضُوءَ"، "وَيْلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ". الحديث

Contohnya yang terjadi pada awal hadits adalah :
Hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu :

أَسبِغُوْا الوُضُوءَ، وَيْلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ. الحديث

Sempurnakanlah kalian dalam berwudhu. Kecelakanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbasuh air wudhu_pent) dari api neraka. (Al-hadits)

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقَوْلُهُ : "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" مُدرَجٌ مِن كَلَامِ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، بَيَّنَتْهُ رِوَايَةٌ لِلبُخَارِيِّ عَنهُ أَنَّهُ قَالَ: أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ؛ فَإِنَّ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ". الحديث

Maka ucapan "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari rahimahullah dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa beliau berkata : "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" sempurnakanlah kalian dalam berwudhu. Sesungguhnya Abal Qasim (yakni nabi) shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

وَيلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ

"Kecelakaanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbasuh air wudhu_pent) dari api neraka.

Kemudian contoh al-idraj fil matan yang terletak pada pertengahan hadits.

وَمِثَالُهُ فِي وَسَطِهِ : حَدِيثُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فِيْ بَدءِ الوَحْيِ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَفِيهِ : وَكَانَ يَخْلُوْ بِغاَرِ حِرَاءَ، فَيَتَحَنَّثُ فِيْهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِي ذَوَات العَدَدِ

Contohnya yang terjadi pada pertengahan hadits adalah :
Hadits 'Aisyah radhiallahu 'anha tentang awal turunnya wahyu kepada Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana diterangkan  : dan adalah nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkhalwat (menyendiri) di dalam gua Hira, beliau "bertahannats" di dalamnya -bertahannats yakni beribadah- dalam hitungan beberapa hari lamanya.

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقَوْلُهُ : "وَهُوَ التَّعَبُّدُ" مُدرُجٌ مِن كَلاَمِ الزُّهْرِيِّ، بَيَّنَتْهُ رِوَايَةٌ لِلبُخَارِيِّ مِن طَرِيقِهِ بِلَفظِ: وَكَانَ يَلحَقُ بِغَارِ حِرَاءَ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ - قَالِ: وَالتَّحَنُّثُ: التَّعَبُّدُ - اللّيَالِي ذَوَات العَدَدِ

Maka ucapan "وَهُوَ التَّعَبُّدُ" adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Az-Zuhri rahimahullah. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari rahimahullah dari jalur beliau (yakni Az-Zuhri) dengan lafazh : adalah nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berada di dalam gua Hira, beliau "bertahannats" di dalamnya -berkata Az-Zuhri rahimahullah :  dan bertahannats adalah beribadah- dalam hitungan beberapa hari lamanya.

Kemudian contoh al-idraj fil matan yang terletak pada akhir hadits.

وَ مِثَالُهُ فِي آخِرِهِ: حَدِيثُ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أُمَّتِيْ يُدعَونَ يَومَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِن آثَارِ الوُضُوءِ"، فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَليَفعَل

Contohnya yang terjadi pada akhir hadits adalah :
Hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ أُمَّتِيْ يُدعَونَ يَومَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِن آثَارِ الوُضُوءِ، "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَليَفعَل". الحديث

"Sesungguhnya ummatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah yang berseri-seri karena sisa air wudhu. Barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah ia lakukan." (Al-hadits)

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقُولُهُ: "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل"، مُدرَجٌ مِن كَلاَمِ أَبِيْ هُرَيرَةَ، انفَرَدَ بِهَا نُعَيمٌ بنُ المُجْمِرِ عَن أَبِي هُرَيرَةَ، وَذُكِرَ فِي "المُسنَدِ" عَنهُ أَنَّهُ قَالَ: لَا أَدْرِي قَولَهُ: "فَمَنِ استَطَاعَ..." ، مِن قَولِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أَو مِن قَولِ أَبِيْ هُرَيرَةَ!

Maka ucapan "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل"( barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah ia lakukan) adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Perawi yang bernama Nu'aim Ibnu Mujmir rahimahullah bersendirian dalam periwayatan ini dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Dan disebutkan dalam "Al-Musnad" dari beliau (yakni Nu'aim), beliau berkata :

"Saya tidak mengetahui ucapan "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل" apakah dari ucapan nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu!

وَقَد بَيَّنَ غَيرُ وَاحِدٍ مِنَ الحُفَاظِ أَنَّهَا مُدرَجَةٌ، وَقَالَ شَيخُ الإِسلاَمِ ابنُ تَيْمِيَّةَ: لَا يُمكِنُ أَن تَكُونَ مِن كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

Sungguh bukan hanya seorang dari kalangan para huffazh yang telah menjelaskan, bahwa kalimat tersebut di atas adalah MUDRAJ. Dan berkata syaikhul islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : hal tersebut tidak mungkin masuk dalam kategori ucapan nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

C_ KAPAN SESUATU DIHUKUMI SEBAGAI AL-IDRAJ FIL MATAN.

ج_ مَتَى يُحكَمُ بِهِ
وَلَا يُحكَمُ بِالإِدرَاجِ إِلَّا بِدَلِيلٍ إِمّاَ مِن كَلاَمِ الرَّاوِيِّ، أَوْ مِن كَلاَمِ أَحَدِ الأَئِمَّةِ المُعتَبَرِينَ، أَوْ مِنَ الكَلاَمِ المُدرَجِ بِحَيثُ يَستَحِيلُ أَن يَقُولَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

Kapan sesuatu dihukumi sebagai al-idraj fil matan?
Tidak dihukumi sebagai al-idraj fil matan kecuali dengan adanya keterangan, baik berupa keterangan ucapan dari sang perawi sendiri, maupun adanya keterangan dari ucapan salah seorang imam yang terakui, atau diketahui dengan adanya bahwa ucapan mudraj tersebut adalah sesuatu yang mustahil nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkannya.

Wallahu a'lam bish shawab.

LATIHAN

1).     Al-Idraj pada "matan" yaitu …
2).     Sebutkanlah dimana saja letak Al-Idraj Fil Matan beserta contohnya!
3).     Kapan sesuatu dihukumi sebagai Al-Idraj pada matan?

JAWABAN

1). Al-Idraj pada matan yaitu :

أَن يُدخِلَ أَحَدُ الرُّوَاةِ فِي الحَدِيثِ كَلَاماً مِن عِندِهِ بِدُوْنِ بَيَانٍ، إِمَّا: تَفسِيراً لِكَلِمَةٍ، أَوِ استِنْبَاطاً لِحُكمٍ، أَو بَيَاناً لِحِكمَةٍ
         
Salah seorang perawi memasukan suatu ucapan yang berasal dari sisinya, ke dalam suatu hadits, tanpa adanya keterangan. Baik dikarenakan sebagai tafsir terhadap suatu kalimat, maupun pengambilan istinbath terhadap suatu hukum, atau sebagai penjelasan terhadap suatu hikmah.

2). Letaknya beserta contoh.

وَيَكُونُ فِي أَوَّلِ الحَدِيثِ وَوَسَطِهِ وَآخِرِهِ
         
Al-idraj fil matan terkadang terletak pada awal hadits. Dan terkadang terletak pada pertengahan hadits. Dan terkadang terletak pada akhir hadits.

Contoh al-idraj fil matan yang terletak pada awal hadits.

مِثَالُهُ فِي أَوَّلِهِ : حَدِيثُ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: "أَسبِغُوْا الوُضُوءَ"، "وَيْلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ". الحديث

Contohnya yang terjadi pada awal hadits adalah :
Hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu :

أَسبِغُوْا الوُضُوءَ، وَيْلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ. الحديث

Sempurnakanlah kalian dalam berwudhu. Kecelakanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbasuh air wudhu_pent) dari api neraka. (Al-hadits)

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقَوْلُهُ : "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" مُدرَجٌ مِن كَلَامِ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، بَيَّنَتْهُ رِوَايَةٌ لِلبُخَارِيِّ عَنهُ أَنَّهُ قَالَ: أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ؛ فَإِنَّ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ". الحديث

Maka ucapan "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari rahimahullah dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa beliau berkata : "أَسبِغُوْا الوُضُوْءَ" sempurnakanlah kalian dalam berwudhu. Sesungguhnya Abal Qasim (yakni nabi) shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

وَيلٌ لِلأَعقَابِ مِنَ النَّارِ

"Kecelakaanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbasuh air wudhu_pent) dari api neraka.

Kemudian contoh al-idraj fil matan yang terletak pada pertengahan hadits.

وَمِثَالُهُ فِي وَسَطِهِ : حَدِيثُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فِيْ بَدءِ الوَحْيِ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَفِيهِ : وَكَانَ يَخْلُوْ بِغاَرِ حِرَاءَ، فَيَتَحَنَّثُ فِيْهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِي ذَوَات العَدَدِ

Contohnya yang terjadi pada pertengahan hadits adalah :
Hadits 'Aisyah radhiallahu 'anha tentang awal turunnya wahyu kepada Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana diterangkan  : dan adalah nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkhalwat (menyendiri) di dalam gua Hira, beliau "bertahannats" di dalamnya -bertahannats yakni beribadah- dalam hitungan beberapa hari lamanya.

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقَوْلُهُ : "وَهُوَ التَّعَبُّدُ" مُدرُجٌ مِن كَلاَمِ الزُّهْرِيِّ، بَيَّنَتْهُ رِوَايَةٌ لِلبُخَارِيِّ مِن طَرِيقِهِ بِلَفظِ: وَكَانَ يَلحَقُ بِغَارِ حِرَاءَ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ - قَالِ: وَالتَّحَنُّثُ: التَّعَبُّدُ - اللّيَالِي ذَوَات العَدَدِ

Maka ucapan "وَهُوَ التَّعَبُّدُ" adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Az-Zuhri rahimahullah. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari rahimahullah dari jalur beliau (yakni Az-Zuhri) dengan lafazh : adalah nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berada di dalam gua Hira, beliau "bertahannats" di dalamnya -berkata Az-Zuhri rahimahullah :  dan bertahannats adalah beribadah- dalam hitungan beberapa hari lamanya.

Kemudian contoh al-idraj fil matan yang terletak pada akhir hadits.

وَ مِثَالُهُ فِي آخِرِهِ: حَدِيثُ أَبِيْ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أُمَّتِيْ يُدعَونَ يَومَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِن آثَارِ الوُضُوءِ"، فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَليَفعَل

Contohnya yang terjadi pada akhir hadits adalah :
Hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ أُمَّتِيْ يُدعَونَ يَومَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِن آثَارِ الوُضُوءِ، "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَليَفعَل". الحديث

"Sesungguhnya ummatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah yang berseri-seri karena sisa air wudhu. Barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah ia lakukan." (Al-hadits)

Kemudian asy-syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

فَقُولُهُ: "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل"، مُدرَجٌ مِن كَلاَمِ أَبِيْ هُرَيرَةَ، انفَرَدَ بِهَا نُعَيمٌ بنُ المُجْمِرِ عَن أَبِي هُرَيرَةَ، وَذُكِرَ فِي "المُسنَدِ" عَنهُ أَنَّهُ قَالَ: لَا أَدْرِي قَولَهُ: "فَمَنِ استَطَاعَ..." ، مِن قَولِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ، أَو مِن قَولِ أَبِيْ هُرَيرَةَ!

Maka ucapan "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل"( barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah ia lakukan) adalah MUDRAJ (tersisip) dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Perawi yang bernama Nu'aim Ibnu Mujmir rahimahullah bersendirian dalam periwayatan ini dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Dan disebutkan dalam "Al-Musnad" dari beliau (yakni Nu'aim), beliau berkata :

"Saya tidak mengetahui ucapan "فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفعَل" apakah dari ucapan nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau dari ucapan Abu Hurairah radhiallahu 'anhu!

وَقَد بَيَّنَ غَيرُ وَاحِدٍ مِنَ الحُفَاظِ أَنَّهَا مُدرَجَةٌ، وَقَالَ شَيخُ الإِسلاَمِ ابنُ تَيْمِيَّةَ: لَا يُمكِنُ أَن تَكُونَ مِن كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

Sungguh bukan hanya seorang dari kalangan para huffazh yang telah menjelaskan, bahwa kalimat tersebut di atas adalah MUDRAJ. Dan berkata syaikhul islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : hal tersebut tidak mungkin masuk dalam kategori ucapan nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

3). Berkata asy-syaikh rahimahullah :

وَلَا يُحكَمُ بِالإِدرَاجِ إِلَّا بِدَلِيلٍ إِمّاَ مِن كَلاَمِ الرَّاوِيِّ، أَوْ مِن كَلاَمِ أَحَدِ الأَئِمَّةِ المُعتَبَرِينَ، أَوْ مِنَ الكَلاَمِ المُدرَجِ بِحَيثُ يَستَحِيلُ أَن يَقُولَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

Tidak dihukumi sebagai al-idraj fil matan kecuali dengan adanya keterangan, baik berupa keterangan ucapan dari sang perawi sendiri, maupun adanya keterangan dari ucapan salah seorang imam yang terakui, atau diketahui dengan adanya bahwa ucapan mudraj tersebut adalah sesuatu yang mustahil nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkannya.

Baarakallahu fikum…

Ditulis oleh :
Ahad, 30-8-2015 M

2 komentar:

  1. Makasih dengan ini membantu saya pelajaran di sekolah

    BalasHapus
  2. terima kasih info nya.Buku saya sama dengan apa yang dikongsi ini.

    BalasHapus

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.