Translate

Rabu, 30 Desember 2015

17). Shifat Penulisan Hadits (2).


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-TUJUH BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"SHIFAT PENULISAN HADITS (2)"


Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

5_ أَنْ يَجْتَنِبَ الرَّمْزَ إِلّاَ فِيْمَا كَانَ مَشْهُوْراً بَيْنَ الْمُحَدِّثِيْنَ، وَمِنْهُ:

5). Hendaknya meninggalkan perumusan (baca: peringkasan kata) kecuali rumus yang masyhur dikalangan para muhadditsin, diantaranya:

* (ثَنَا) أَوْ (نَا) وَ(دَثَّنَا) يُرْمَزُ بِهَا عَنْ حَدَّثَنَا، وَتُقْرَأُ: حَدَّثَنَا.

Lafazh (ثنا) atau (نا) atau (دثنا), lafazh tersebut adalah rumus dari kata (حدثنا), dan rumus tersebut dibaca (حدثنا).

* (أَنَا) أَوْ (أَرَنَا) أَوْ (أَبَنَا) يُرْمَزُ بِهَا عَنْ أَخْبَرَنَا، وَتُقْرَأُ: أَخْبَرَنَا.

Lafazh (أنا) atau (أرنا) atau (أبنا), lafazh tersebut adalah rumus dari kata (أخبرنا), dan rumus tersebut dibaca (أخبرنا).

* (ق) يُرْمَزُ بِهَا عَنْ قَالَ، وَتُقْرَأُ: قَالَ، وَالْأَكْثَرُ حَذْفُ قَالَ بِدُوْنِ رَمْزٍ، لَكِنْ يُنْطَقُ بِهَا عِنْدَ الْقِرَاءَةِ.

Huruf (ق), huruf ini adalah rumus dari kata (قال), dan rumus tersebut dibaca (قال). Dan yang sering, kata (قال) dihapus tanpa rumus, akan tetapi kata tersebut tetap diucapkan tatkala membaca.

مِثَالُهُ : قَوْلُ الْبُخَارِيِّ: حَدَّثَنَا أَبُوْ مَعْمَر: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، قَال يَزِيْدُ: حَدَّثَنِيْ مُطَرِّفٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فِيْمَ يَعْمَلُ الْعَامِلُوْنَ؟ قَالَ: "كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهَ".

Contohnya adalah perkataan imam Al-Bukhari rahimahullah :

Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar: telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, berkata Yazid: telah menceritakan kepaku Mutharrif Ibnu Abdillah dari 'Imran Ibni Hushain radhiallahu 'anhu, beliau berkata: aku bertanya :

"Ya Rasul Allah! Lalu untuk apa orang-orang beramal?"

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya." (Al-Hadits)

Minggu, 27 Desember 2015

16). Shifat Penulisan Hadits (1).


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-ENAM BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"SHIFAT PENULISAN HADITS (1)"


Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

ج_ صِفَتُهَا:

C. Shifat Penulisan Hadits.

وَتَجِبُ الْعِنَايَةُ بِكِتَابَةِ الْحَدِيْثِ؛ لِأَنَّهَا إِحْدَى وَسِيْلَتَيْ نَقْلِهِ، فَوَجَبَتِ الْعِنَايَةُ بِهَا كَنَقْلِهِ عَنْ طَرِيْقِ اللَّفْظِ.

Wajib memberikan perhatian terhadap penulisan hadits; karena hal tersebut merupakan salah satu dari dua wasilah penukilan hadits. Maka wajib memberikan perhatian terhadap 'penulisan hadits' sebagaimana penukilan hadits melalui jalur pelafazhan (yakni: yang didiktekan oleh syaikh _pent).

Kesimpulan :
Wajib memberikan perhatian terhadap penulisan hadits sebagaimana yang dilafazhkan oleh syaikh.

Faidah (pent) :
Dari apa yang disampaikan oleh asy-syaikh rahimahullah, beliau memberikan isyarat kepada kita bahwa: ada dua metode dalam penukilan hadits: metode 'penulisan' dan metode 'penghafalan'. Wallahu a'lam.

Kamis, 24 Desember 2015

15). Penulisan Hadits.


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-LIMA BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"PENULISAN HADITS"

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

كِتَابَةُ الْحَدِيْثِ:
أ_ تَعْرِيْفُهَا، ب_ حُكْمُهَا، ج_ صِفَتُهَا.

Penulisan Hadits:
A). Definsi Penulisan Hadits. B). Hukum Penulisan Hadits. C). Sifat Penulisan Hadits.

Insya Allah yang akan kita uraikan bersama pada liqa kita kali ini hanya 2 (dua) poin tersebut di atas. Yakni: masail seputar definisi dan hukum penulisan hadits.

Adapun masail seputar sifat penulisan hadits, insya Allah untuk liqa ke - enam belas dan liqa ke - tujuh belas pada pertemuan selanjutnya. Bi idznillah.

*****

أ – تَعْرِيْفُهَا.

A). Definisi Penulisan Hadits.

كِتَابَةُ الْحَدِيْثِ: نَقْلُهُ عَنْ طَرِيْقِ الْكِتَابَةِ.

Penulisan Hadits yaitu: menukil hadits dengan cara menulisnya.

ب_ حُكْمُ كِتَابَةِ الْحَدِيْثِ.

B). Hukum Penulisan Hadits.

وَالْأَصْلُ فِيْهَا الْحِلُّ، لِأَنَّهَا وَسِيْلَةٌ.

(Pertama _pent).
Asal hukum penulisan hadits adalah boleh. Karena penulisan hadits merupakan wasilah (perantara).

وَقَدْ أَذِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنْ يَكْتُبَ مَا سَمِعَهُ مِنْهُ، رَوَاهُ أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ.

"Dan nabi shallallahu 'alihi wasallam memberikan izin kepada 'Abdullah Ibnu 'Amr radhiallahu 'anhuma untuk menulis apa yang ia dengar dari nabi shallahu 'alaihi wasallam". Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ahmad rahimahullah dengan sanad yang hasan.

فَإِنْ خِيْفَ مِنْهَا مَحْذُوْرٌ شَرْعِيٌّ مُنِعَتْ.

(Kedua _pent).
Apabila pada penulisan hadits terdapat sesuatu yang dikhawatirkan secara syar'i, maka penulisan tersebut tidak diperbolehkan.

Sabtu, 05 Desember 2015

14). Penyampaian Hadits.


 (Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-EMPAT BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"PENYAMPAIAN HADITS"

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

أَدَاءُ الْحَدِيْثِ:
أ_ تَعْرِيْفُهُ، ب_ شُرُوْطُ قَبُوْلِهِ، ج_ صِيَغُهُ.

Penyampaian Hadits:
A). Definisi Penyampaian Hadits. B). Syarat-Syaratnya. C). Konteks-Konteksknya.

*****

A). Definisi Penyampaian Hadits.

أ_ أَدَاءُ الْحَدِيْثِ:
إِبْلَاغُهُ إِلَى الْغَيْرِ.

Penyampaian Hadits yaitu:
Menyampaikan suatu hadits kepada yang lainnya.

وَيُؤَدِّي الْحَدِيْثَ كَمَا سَمِعَهُ حَتَّى فِيْ صِيَغِ الْأَدَاءِ، فَلَا يُبْدَلُ: "حَدَّثَنِي" بِـ "أَخْبَرَنِي" أَوْ "سَمِعْتُ" أَوْ نَحْوِهَا؛ لِاخْتِلَافِ مَعْنَاهَا فِيْ الاصْطِلَاحِ.

Dan seseorang menyampaikan hadits adalah sebagaimana yang ia mendengarnya hingga pada konteks-konteks penyampaiannya. Maka tidak boleh diganti lafazh "حَدَّثَنِيْ" dengan lafazh "أخبرني" atau dengan lafazh "سمعت" atau yang semisalnya; karena berbedanya makna konteks-konteks tersebut secara isthilah.

نُقِلَ عَنِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللهُ أَنَّهُ قَالَ: اتْبَعْ لَفْظَ الشَّيْخِ فِيْ قَوْلِهِ: حَدَّثَنِيْ، وَحَدَّثَنَا، وَسَمِعْتُ، وَأَخْبَرَنَا، وَلَا تَعْدُهُ. اهـ.

Dinukilkan dari imam Ahmad Ibnu Hambal rahimahullah, bahwa beliau berkata: "Ikutilah lafazh syaikh pada ucapannya: "حدثني" dan "حدثنا" dan "سمعت" dan "أخبرنا" dan janganlah melampauinya".

Selasa, 01 Desember 2015

13). Pengambilan Hadits.


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-TIGA BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"PENGAMBILAN HADITS"

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

تَحَمُّلُ الْحَدِيْثِ وَأَدَاؤُهُ.

Pengambilan hadits dan penyampaiannya.

تَحَمُّلُ الْحَدِيْثِ.
أ_ تَعْرِيْفُهُ، ب_ شُرُوْطُهُ، ج_ أَنْوَاعُهُ.

Pengambilan Hadits.
A). Definisi Pengambilan Hadits. B). Syarat-syaratnya. C). Jenis-jenisnya.

*****

أ_ تَحَمُّلُ الْحَدِيْثِ.
أَخْذُهُ عَمَّنْ حَدَّثَ بِهِ عَنْهُ.

A). Pengambilan Hadits yaitu:
Pengambilan suatu hadits dari seseorang yang ia menyampaikan hadits tersebut darinya.

ب_ وَشُرُوْطُهُ ثَلَاثَةٌ.
1_ التَّمْيِيْزُ: وَهُوَ فَهْمُ الْخِطَابِ وَرَدُّ جَوَابِهِ عَلَى الصَّوَابِ، وَالْغَالِبُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ تَمَامِ سَبْعِ سِنِيْنَ.

B). Syarat-syaratnnya ada 3 (tiga).

Pertama.
At-Tamyiz, yaitu: mampu memahami percakapan dan mampu menjawabnya dengan benar, dan kebanyakan hal tersebut terjadi pada sempurnanya usia tujuh tahun.

فَلَا يَصِحُّ تَحَمُّلُ مَنْ لَا تَمْيِيْزَ لَهُ لِصِغَرٍ، وَكَذَلِكَ لَوْ فَقَدَ تَمْيِيْزَهُ لِكِبَرٍ، أَوْ غَيْرِهِ فَلَا يَصِحُّ تَحَمُّلُهُ.

Maka tidak shahih pengambilan seorang yang belum memiiliki usia tamyiz karena masih kecil, demikian juga apabila kehilangan tamyiz karena usia lanjut, atau karena selainnya, maka tidak shahih pengambilannya.

Minggu, 29 November 2015

12). Al-Musalsal.


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-DUA BELAS
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"AL-MUSALSAL"


Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah

المُسَلْسَلُ.
أ_ تَعْرِيْفُهُ، ب_ فَائِدَتُهُ.

Al-Musalsal.
A). Definisi Al-Musalsal. B). Faidah Al-Musalsal.

*****

A). Definisi Al-Musalsal.

أ_ المُسَلْسَلُ.
مَا اتَّفَقَ الرُّوَاةُ فِيْهِ عَلَى شَيْءٍ وَاحِدٍ، فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِالرَّاوِيِّ أَوِ الرِّوَايَةِ.

Al-Musalsal yaitu:
Sesuatu yang para perawi bersepakat didalamnya pada satu hal. Pada sesuatu yang berkaitan dengan perawi atau periwayatan.

مِثَالُهُ فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِالرَّاوِيِّ: حَدِيْثُ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "يَا مُعَاذُ! إِنِّي لَأُحِبُّكَ، أُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ! لَا تَدَعَنَّ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُوْلُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

Contoh yang berkaitan dengan perawi adalah:
Hadits Mu'adz Ibnu Jabal radhiallahu 'anhu, bahwasannya nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Wahai Mu'adz, sesungguhnya aku sangat mencintaimu, aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz! Janganlah engkau tinggalkan setiap kali selesai shalat untuk mengucapkan:

"اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ"

"Ya Allah! Berilah aku pertolongan untuk berdzikir kepada-Mu, dan bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik."

Selasa, 24 November 2015

11). Talkhis 10 Pertemuan Pertama (Bag-2).



KESIMPULAN SEPULUH PERTEMUAN PERTAMA BAGIAN KEDUA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


PERTEMUAN PERTAMA.

Pembagian Khabar.
Khabar ditinjau dari sisi "kepada siapakah suatu khabar disandarkan" terbagi menjadi 3 (tiga) bagian :

A). Al-Marfu'. B). Al-Mauquf. C). Al-Maqthu'.

*****

A). Al-Marfu'.

a). Definisi Al-Marfu'.
Al-Marfu' yaitu :
Sesuatu yang disandarkan kepada nabi shallallahu 'alahi wasallam

b). Pembagian Al-Marfu'.
Al-Marfu' terbagi menjadi 2 (dua) bagian :

1). Marfu' Sharih, dan 2). Marfu' Hukmi.

*****

1). Marfu' Sharih yaitu :
Sesuatu yang disandarkan kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam semata, baik berupa ucapan, atau perbuatan, atau taqrir, atau sifat tentang akhlaq, atau sifat tentang penciptaan (ciri fisik) beliau shallallahu 'alaihi wasallam.


PERTEMUAN KEDUA.

2). Marfu' Hukmi yaitu :
Sesuatu yang memiliki hukum mudhaf (disandarkan) kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Dan hal ini (yakni Marfu' hukmi) ada beberapa bentuk :

Pertama.
Ucapan shahabat apabila tidak mengandung kemungkinan berasal dari pendapatnya. Dan bukan sebagai tafsir. Dan pengucapnya bukan seorang yang ma'ruf mengambil dari israiliyat (berita-berita bani israil _pent). Seperti: khabar tentang tanda-tanda hari kiamat. Atau tentang keadaan-keadaan hari kiamat. Atau tentang pembalasan.

Minggu, 22 November 2015

10). Sanad Tershahih.


(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-SEPULUH
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"SANAD TERSHAHIH"


Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah :

ج_ أَصَحُّ الْأَسَانِيْدِ.
وَالتَّحْقِيْقُ أَنَّهُ لَا يُحْكَمُ لِإِسْنَادٍ مُعَيَّنٍ بِكَوْنِهِ أَصَحَّ الْأَسَانِيْدِ، وَإِنَّمَا يُحْكَمُ لَهُ بِذَلِكَ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الصَّحَابِيِّ أَوِ الْبَلَدِ أَوِ الْمَوْضُوْعِ، فَيُقَالُ: أَصَحُّ أَسَانِيْدِ أَبِيْ بَكْرٍ، أَصَحُّ أَسَانِيْدِ أَهْلِ الْحِجَازِ، أَصَحُّ أَسَانِيْدِ حَدِيْثِ النُّزُوْلِ، وَقَدْ ذَكَرُوْا أَصَحَّ الْأَسَانِيْدِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الصَّحَابَةِ فَمِنْهَا:

C). Sanad Tershahih.

Yang benar, bahwasannya suatu sanad tertentu tidak dihukumi sebagai sanad tershahih. Akan tetapi ia dihukumi dengan hal tersebut dengan menyandarkan kepada shahabat, atau negeri, atau suatu permasalahan.

Maka dikatakan: sanad tershahih dari Abu Bakr radhiallahu 'anhu. Sanad tershahih dari penduduk Hijaz. Sanad tershahih tentang hadits nuzul.

Dan para ulama telah menyebutkan sanad tershahih dengan menyandarkan kepada shahabat. Diantaranya adalah:

Selasa, 17 November 2015

9). Al-Isnad.




(Bagian Kedua)

PERTEMUAN : KE-SEMBILAN
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"AL-ISNAD"

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah :

الإِسْنَادُ:
أ_ تَعْرِيْفُهُ، ب_ أَقْسَامُهُ، ج_ أَصَحُّ الْأَسَانِيْدِ.

Al-Isnad.
A). Definisi Al-Isnad. B). Pembagian Al-Isnad. C). Sanad Tershahih.

*****

A). Definisi Al-Isnad.

أ_ الْإِسْنَادُ، وَيُقَالُ: السَّنَدُ : رُوَاةُ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ نَقَلُوْهُ إِلَيْنَا.

Al-Isnad dinamakan juga As-Sanad. Ia adalah: para perawi hadits yang menukilkannya kepada kita.

مِثَالُهُ : قَوْلُ الْبُخَارِيِّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوْسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَبَاغَضُوْا، وَلَا تَحَاسَدُوْا، وَلَا تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ".

Contohnya adalah perkataan Imamul Bukhari rahimahullah :

"Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah Ibnu Yusuf, telah mengkhabarkan kepada kami Malik, dari Ibnu Syihab, dari Anas Ibnu Malik radhiallahu 'anhu, sesungguhnya Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"لَا تَبَاغَضُوْا، وَلَا تَحَاسَدُوْا، وَلَا تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ"

"Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya di atas tiga malam."
Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.