Translate

Selasa, 21 Juni 2016

008. 'Illah Qadihah.



PERTEMUAN : KE-DELAPAN
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"'ILLAH QADIHAH"


Sahabat fillah sekalian…
Sangat kami sarankan sebelum membaca pembahasan ini, agar sahabat fillah membaca terlebih dahulu PERTEMUAN KE-EMPAT BELAS BAGIAN PERTAMA KITAB MUSTHALAH AL-HADITS yang telah kita pelajari bersama sebelumnya. Apabila sahabat fillah sekalian menguasai dengan baik pertemuan pada kitab tersebut, insya Allah pada pertemuan kita kali ini adalah sesuatu yang sangat mudah bi idznillah. 'Afanallahu waiyakum.

Berkata Asy-Syaikh rahimahullahu:

قَوْلُهُ: "أَوْ يُعَلَّ"، مَعْنَاهُ أي: يُقْدَحُ فِيْهِ بِعِلَّةٍ تَمْنَعُ قَبُوْلَهُ.

Perkataan Imam Al-Baiquniy rahimahullahu: "أَوْ يُعَلْ" (ataupun cacat), maknanya yaitu: suatu hadits yang tercemar padanya dengan suatu 'illah (cacat) yang menghalangi diterimanya (hadits tersebut _pent).

فَإِذَا وُجِدَتْ فِيْ الْحَدِيْثِ عِلَّةٌ تَمْنَعُ قَبُوْلَهُ فَلَيْسَ الْحَدِيْثُ بِصَحِيْحٍ.

Apabila terdapat suatu 'illah (cacat) pada suatu hadits yang menghalangi diterimanya (hadits tersebut _pent), maka hadits tersebut bukan hadits yang shahih.

وَمَعْنَى الْعِلَّةِ فِيْ الْأَصْلِ هِيَ: وَصْفٌ يُوْجِبُ خُرُوْجَ الْبَدَنِ عَنِ الْاِعْتِدَالِ الطَّبِيْعِيِّ.

Dan makna kata "الْعِلَّةُ " (cacat) pada asalnya adalah: suatu sifat yang mengharuskan keluarnya badan dari tabi'at yang lurus (kesehatan _pent).

وَلِهَذَا يُقَالُ: فُلَانٌ فِيْهِ عِلَّةٌ، يَعْنِيْ أَنَّهُ عَلِيْلٌ أَيْ مَرِيْضٌ، فَالْعِلَّةُ مَرَضٌ تَمْنَعُ مِنْ سَلَامَةِ الْبَدَنِ.

Oleh karena alasan tersebut, maka dikatakan: fulan padanya terdapat cacat, yakni sesungguhnya ia bercacat atau sakit. Maka 'Illah adalah suatu penyakit yang menghalangi dari sehatnya badan.

Sabtu, 18 Juni 2016

007. Shahih, Sanad Muttashil & Syadz.




PERTEMUAN : KE-TUJUH
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"SHAHIH, SANAD MUTTASHIL & SYADZ"

Berkata Imam Al-Baiquniy rahimahullahu dalam Manzhumahnya:

أَوَّلُهَا الصَّحِيْحُ وَهْوَ مَا اتَّصَلْ * إِسْنَادُهُ وَلَمْ يَشُذَّ أَوْ يُعَلْ

Yang pertama shahih, ia adalah yang bersambung * Sanadnya dan tidak syadz ataupun cacat

Kemudian Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mulai menjelaskan:

قَوْلُهُ: "أَوَّلُهَا الصَّحِيْحُ"، بَدَأَ الْمُؤَلِّفُ بِذِكْرِ أَقْسَامِ الْحَدِيْثِ وَقَدَّمَ الصَّحِيْحَ لِأَنَّهُ أَشْرَفُ أَقْسَامِ الْحَدِيْثِ، ثُمَّ عَرَّفَهُ فَقَالَ: "وَهْوَ مَا اتَّصَلْ إِسْنَادُهُ" يَعْنِيْ: مَا رُوِيَ بِإِسْنَادٍ مُتَّصِلٍ بِحَيْثُ يَأْخُذُهُ كُلُّ رَاوِيٍّ عَمَّنْ فَوْقَهُ.

Perkataan Imam Al-Baiquniy rahimahullahu: "yang pertama adalah shahih", beliau memulai dengan menyebutkan pembagian hadits dan mendahulukan Ash-Shahih, karena ia adalah bagian hadits yang paling tinggi. Kemudian beliau mendefinisikannya, maka beliau berkata: "ia adalah hadits yang sanadnya bersambung", yakni: suatu hadits yang diriwayatkan dengan sanad yang bersambung dimana masing-masing periwayat mengambil hadits tersebut dari yang berada diatasnya.

فَيَقُوْلُ -مَثَلاً-: حَدَّثَنِيْ رَقْمُ وَاحِدٍ -وَلِنَجْعَلَهَا بِالْأَرْقَامِ- قَالَ: حَدَّثَنِيْ رَقْمُ اثْنَيْنِ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ رَقْمُ ثَلَاثَةٍ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ رَقْمُ أَرْبَعَةٍ. فَهَذَا النَّوْعُ يَكُوْنُ مُتَّصِلاً، لِأَنَّهُ يَقُوْلُ حَدَّثَنِيْ، فَكُلُّ وَاحِدٍ أَخَذَ عَمَّنْ رُوِىَ عَنْهُ.

Maka seorang perawi berkata -misalkan-: telah menceritakan kepadaku nomor satu -kita menjadikan perumpaan dengan nomor-, ia berkata: telah menceritakan kepadaku nomor dua, ia berkata: telah menceritakan kepadaku nomor tiga, ia berkata: telah menceritakan kepadaku nomor empat. Maka bentuk ini adalah muttashil (bersambung), karena ia mengatakan dengan konteks "حَدَّثَنِيْ" (telah menceritakan kepadaku), kemudian masing-masing mengambil dari yang ia meriwayatkan darinya (yakni: dari atasnya _pent).  

Minggu, 12 Juni 2016

006. Pembagian Hadits.




PERTEMUAN : KE-ENAM
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"PEMBAGIAN HADITS"

قَالَ المُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ:

Berkata Imam Al-Baiquniy rahimahullahu dalam Manzhumahnya:

وَذِيْ مِنْ أَقْسَامِ الْحَدِيْثِ عِدَّهْ * وَكُلُّ وَاحِدٍ أَتَى وَحَدَّهْ

Dan inilah beberapa pembagian hadits * Yang masing-masing akan datang bersama definisinya.

Kemudian Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mulai menjelaskan:

قَوْلُهُ "ذِيْ" اسْمُ إِشَارَةٍ.

Perkataan Al-Baiquniy rahimahullahu "ذِيْ" adalah isim isyarah.

وَالْمُشَارُ إِلَيْهِ: مَا تَرَتَّبَ فِيْ ذِهْنِ الْمُؤَلِّفِ، إِنْ كَانَتِ الْإِشَارَةُ قَبْلَ التَّصْنِيْفِ. وَإِنْ كَانَتِ الْإِشَارَةُ بَعْدَ التَّصْنِيْفِ، فَالْمُشَارُ إِلَيْهِ هُوَ الشَّيْءُ الْحَاضِرُ الْمَوْجُوْدُ فِيْ الْخَارِجِ.

Yang diisyaratkan kepadanya adalah sesuatu yang terangkai pada benak muallif rahimahullahu, apabila isyarah tersebut sebelum penyusunan nazham. Adapun apabila setelah penyusunan, maka yang diisyaratkan kepadanya adalah sesuatu yang hadir dan ada di luar (yakni: pada nazham tidak pada benak muallif _pent

فَمَا الْمُرَادُ بِالْحَدِيْثِ هُنَا، أَعِلْمُ الدِّرَايَةِ أَمْ عِلْمُ الرِّوَايَةِ؟

Lalu apa gerangan yang diinginkan dengan hadits disini, Apakah Ilmu Dirayah ataukah Ilmu Riwayah?

نَقُوْلُ: الْمُرَادُ بِقَوْلِهِ "أَقْسَامِ الْحَدِيْثِ" هُنَا عِلْمُ الدِّرَايَةِ.

Kita jawab: yang diinginkan dengan perkataan Al-Baiquniy rahimahullah "Pembagian Hadits" disini adalah Ilmu Dirayah.

Selasa, 07 Juni 2016

005. Muqaddimah Imam Al-Baiquniy rahimahullah.




PERTEMUAN : KE-LIMA
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________
  
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"MUQADDIMAH IMAM AL-BAIQUNIY"


Berkata Imam Al-Baiquniy rahimahullahu dalam Manzhumahnya:

v1_ أَبْدأُ بِالْحَمْدِ مُصَلِّياً عَلَى * مُحَمّدٍ خَيْرِ نَبِيٍّ أُرْسِلَا.

Aku memulai dengan pujian bershalawat atas * Muhammad sebaik-baik nabi yang diutus.

Kemudian Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullahu memulai menguraikan pendahuluan dari imam Al-Baiquniy rahimahullah tersebut, dan berkata:

قَوْلُهُ: أَبْدَأُ بِالْحَمْد، يُوْحِي بِأَنَّهُ لَمْ يَذْكُرِ الْبَسْمَلَةَ، فَإِنَّهُ لَوْ بَدَأَ بِالْبَسْمَلَةِ؛ لَكَانَتِ الْبَسْمَلَةُ هِيَ الْأَوْلَى، وَلِذَلِكَ يَشُكُّ الْإِنْسَانُ هَلْ بَدَأَ الْمُؤَلِّفُ بِالْبَسْمَلَةِ أَمْ لَا؟ لَكِنَّ الشَّارِحَ ذَكَرَ أَنَّ الْمُؤَلِّفَ بَدَأَ النَّظْمَ بِالْبَسْمَلَةِ، وَبِنَاءً عَلَى هَذَا تَكُوْنُ الْبَدَاءَةُ هُنَا نِسْبِيَّةٌ، أَيْ: بِالنِّسْبَةِ لِلدُّخُوْلِ فِيْ مَوْضُوْعِ الْكِتَابِ أَوْ صَلْبِ الْكِتَابِ.

Perkataan imam Al-Baiquniy rahimahullah: "aku memulai dengan pujian,". Mengisyaratkan bahwa beliau tidak menyebutkan basmalah, kalaulah sekiaranya beliau memulai dengan basmalah, niscaya basmalah lebih utama. Oleh karenanya manusia menjadi ragu; apakah muallif (yakni: imam Al-Baiquniy rahimahullah_pent) memulai dengan basmalah ataukah tidak? Akan tetapi pensyarah menyebutkan bahwa muallif memulai nazham beliau dengan basmalah. Dan dibangun di atas ini, maka permulaan disini adalah nisbi, yakni: apabila dinisbatkan untuk masuk pada pokok masalah atau naskah kitab. 

Kamis, 02 Juni 2016

004. Penjabaran Basmalah Bag (2).




PERTEMUAN : KE-EMPAT
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"PENJABARAN BASMALAH Bag (2)"


·         HURUF (BA) PADA BASMALAH

Berkata Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullahu-:

وَالبَاءُ فِي قَولِهِ: "بِسمِ اللهِ" أَهِيَ لِلْاِسْتِعَانَةِ أَم لِلمُصَاحَبَةِ؟

Dan huruf BA' pada ucapan: "Bismillah", apakah ia untuk Isti'anah atau untuk Mushahabah?

هُنَاكَ مَنْ قَالَ: إِنَّهَا لِلْاِسْتِعَانَةِ. وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: إِنَّهَا لِلْمُصَاحَبَةِ.

Disana (yakni: para ulama_pent) ada yang berpendapat: BA' tersebut untuk Isti'anah. Dan di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa ia untuk Mushahabah.

وَمِمَّنْ قَالَ إِنَّهَا لِلْمُصَاحَبَةِ؛ الزَّمَخْشَرِي صَاحِبُ الكَشَّافِ وَهُوَ مُعْتَزِلِيٌّ مِنَ الْمُعْتَزِلَةِ، وَكِتَابُهُ الكَشَّافُ فِيْهِ اعْتِزَالِيَّاتٌ كَثِيْرَةٌ قَدْ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعِرَفَهَا كُلُّ إِنْسَانٍ، حَتَّى قَالَ الْبُلْقِيْنِي: أَخْرَجْتُ مِنَ الْكَشَّافِ اعْتِزَالِياَتٍ بِالمَنَاقِيْشِ. وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهَا خَفِيَّةٌ.

Dan di antara yang berpendapat bahwa BA' tersebut untuk Mushahabah adalah Az-Zamakhsyari -rahmataullahi 'alaih- pemilik kitab Al-Kasyaf. Dan beliau adalah seorang Mu'tazili dari madzhab Mu'tazilah. Dan kitab beliau Al-Kasyaf, didalamnya terdapat banyak pemikiran Mu'tazilah yang sungguh tidak setiap orang mampu mengetahuinya. Sampai-sampai berkata imam Al-Bulqini -rahmatullahi 'alaih-: aku mengeluarkan pemikiran Mu'tazilah dari kitab Al-Kasyaf dengan berbagai diskusi. Maka ini menunjukkan bahwa pemikiran Mu'tazilah yang terdapat dalam kitab Al-Kasyaf adalah sesuatu yang samar.  

وَالزَّمَخْشَرِي رَجَّحَ أَنَّ الْبَاءَ لِلْمُصَاحَبَةِ، مَعَ أَنَّ الظَّاهِرَ أَنَّهَا لِلْاِسْتِعَانَةِ! لَكِنَّهُ رَجَّحَ الْمُصَاحَبَةَ؛ لِأَنَّ الْمُعْتَزِلَةَ يَرَوْنَ أَنَّ الْإِنْسَانَ مُسْتَقِلٌّ بِعَمَلِهِ فَإِذَا كَانَ مُسْتَقِلاًّ بِعَمَلِهِ فَإِنَّهُ لَا يَحْتَاجُ لِلْاِسْتِعَانَةِ.

Az-Zamakhsyari -rahmatullahi 'alaih- menguatkan bahwa BA' tersebut adalah untuk Mushahabah, sementara yang tampak sesungguhnya BA' tersebut adalah untuk Isti'anah! Akan tetapi ia menguatkan Mushahabah; karena Mu'tazilah berpendapat: sesungguhnya manusia bersendirian pada perbuatannya. Apabila ia bersendirian pada perbuatannya, maka ia tidak membutuhkan Isti'anah (baca: pertolongan_pent)

لَكِنْ لَا شَكَّ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْبَاءِ هُوَ: الِاسْتِعَانَةُ الَّتِي تُصَاحِبُ كُلَّ الْفِعْلِ، فَهِيَ فِيْ الْأَصْلِ لِلاِسْتِعَانَةِ وَهِيَ مُصَاحِبَةٌ لِلإِنْسَانِ مِنْ أَوَّلِ الْفِعْلِ إِلَى آخِرِهِ، وَقَدْ تُفِيْدُ مَعْنًى آخَراً، وَهُوَ التَّبَرُّكُ، إِذَا لَمْ نَحْمِلِ التَّبَرُّكَ عَلَى الْاِسْتِعَانَةِ.

Akan tetapi tidak diragukan bahwa yang diinginkan dengan BA' tersebut adalah Isti'anah yang menyertai setiap perbuatan. Dan BA' tersebut pada asalnya adalah untuk Isti'anah. Ia menyertai manusia dari awal perbuatan hingga akhirnya. Dan terkadang ia juga memberikan faidah makna yang lain, yaitu: bertabarruk (berharap berkah), apabila kita tidak mengarahkan makna Tabarruk ke Isti'anah.
Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.