Translate

Kamis, 27 Oktober 2016

022. Al-Muttashil.



PERTEMUAN : KE-DUA PULUH DUA
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"AL-MUTTASHIL"

Berkata imam Al-Baiquniy rahmatullahi 'alaihi:

ومَا بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ * إِسنَادُهُ للمُصْطَفَى فالُمتَّصِلْ

Dan apa-apa yang didengar oleh setiap perawi yang bersambung * sanadnya kepada Al-Musthafa, maka ia adalah muttashil

قَوْلُهُ: "المُصْطَفَى" مَأْخُوْذَةٌ مِنَ الصَّفْوَةِ، وَهِيَ خِيَارُ الشَّيْءِ، وَأَصْلُهَا فِيْ اللُّغَةِ "المُصْتَفَى" بِالتَّاءِ.

Perkataan imam Al-Baiquniy rahimahullahu: "Al-Musthafa" diambil dari kata "Ash-Shafwah". Ia adalah: sesuatu yang paling baik. Dan asalnya dalam bahasa adalah dari kata "Al-Mustafa" dengan huruf "TA".

Kamis, 20 Oktober 2016

021. Al-Musnad.



PERTEMUAN : KE-DUA PULUH SATU
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"AL-MUSNAD"

Berkata imam Al-Baiquniy rahmatullahi 'alaihi:

والُمسْنَدُ الُمتَّصِلُ الإِسْنَادِ مِنْ * رَاوِيْهِ حَتَّى الُمصْطَفَى وَلَمْ يَبِنْ

Dan Al-Musnad adalah yang bersambung sanadnya dari * perawinya hingga Al-Musthafa dan tidak terputus

هَذَا هُوَ القِسْمُ السَّادِسُ مِنْ أَقْسَامِ الحَدِيْثِ المَذْكُوْرَةِ فِيْ النَّظْمِ.

Ini adalah bagian yang ke-enam dari bagian-bagian hadits yang disebutkan dalam nazham.

PERHATIAN. (pent)
Lima bagian sebelumnya yaitu: 1. Hadits Shahih. 2. Hadits Hasan. 3. Hadits Dha'if. 4. Marfu'. Dan 5. Maqthu'. Dan yang akan kita kaji sekarang ini adalah bagian yang ke-enam, yaitu: Musnad.

Kamis, 13 Oktober 2016

020. Marfu' & Maqthu' (Bag-Tiga).



PERTEMUAN : KE-DUA PULUH
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"MARFU' & MAQTHU' BAGIAN TIGA"

Berkata Asy-Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullahu:

وَهَلْ مَا أُضِيْفَ إِلَى الصَّحَابِيِّ وَلَمْ يَثْبُتْ لَهُ حُكْمُ الرَّفْعِ، هَلْ هُوَ حُجَّةٌ أَمْ لَا؟

Apa-apa yang disandarkan kepada shahabat dan tidak terbukti memiliki hukum marfu', apakah ia hujjah ataukah bukan?

نَقُوْلُ: فِيْ هَذَا خِلَافٌ بَيْنَ أَهْلِ العِلْمِ.

Kita katakan: dalam masalah ini terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ahli ilmu.

فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: بِأَنَّهُ حُجَّةٌ، بِشَرْطِ أَلَّا يُخَالِفَ نَصّاً، وَلَا صَحَابِيّاً آخَرَ، فَإِنْ خَالَفَ نَصًّا أُخِذَ بِالنَّصِّ، وَإنْ خَالَفَ صَحَابِيّاً آخَرَ أُخِذَ بِالرَّاجِحِ.

Pendapat Pertama. (pent)
Di antara mereka ada yang berpendapat: bahwa ia adalah hujjah, dengan syarat tidak menyelisihi nash, tidak pula menyelisihi shahabat yang lain. Apabila menyelisihi nash, maka yang diambil adalah nash. Dan apabila menyelishi shahabat yang lain, maka diambil yang rajih (kuat).

Kamis, 06 Oktober 2016

019. Marfu' & Maqthu' (Bag - Dua).



PERTEMUAN : KE-SEMBILAN BELAS
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"MARFU' & MAQTHU' BAGIAN DUA"

Berkata An-Nazhim imam Al-Baiquniy rahimahullahu:

"وَمَا لِتَابِعٍ هُوَ المَقْطُوْعُ"

Dan apa-apa yang disandarkan kepada tabi'in adalah "Al-Maqthu'"

وَهَذَا هُوَ القِسْمُ السَّابِعُ. وَالمَقْطُوْعُ هُوَ: مَا أُضِيْفَ إِلَى التَّابِعِيِّ وَمَنْ بَعْدَهُ، هَكَذَا سَمَّاهُ أَهْلُ العِلْمِ بِالحَدِيْثِ. سُمِيَ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ: مُنْقَطِعٌ فِيْ الرُّتْبَةِ عَنِ المَرْفُوْعِ وَعَنِ المَوْقُوْفِ.

Ini adalah bagian yang ke tujuh. Dan Al-Maqthu' yaitu: apa-apa yang disandarkan kepada tabi'i dan yang setelahnya. Demikian ahli ilmu terhadap hadits menamainya. Dinamakan demikian, karena ia: munqathi' (terputus) dalam tingkatan dari Al-Marfu' dan dari Al-Mauquf.

Bersikap Teliti Dalam Menghadapi Fitnah.



"Bersikap Teliti Dalam Menghadapi Fitnah"

بــسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما مزيدا، أما بعد؛

Sahabat fillah sekalian yang Allah mulyakan…
Walhamdlillah bimasyiatillah wa biidznih, pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan masalah fitnah, telah kita baca bersama nashihat yang berharga dari Asy-Syaikh Muhammad Ibnu 'Abdil Wahhab Al-'Aqil -hafizhahullahu-. Sebagaimana disebutkan dalam tulisan pada laman blog ini dengan tema: (Tidak Masuk ke Dalam Perkara Fitnah Melainkan Dengan Ilmu Yang Benar).   

Dimana telah disebutkan oleh beliau -hafizhahullahu- pada pertemuan tersebut akan pentingnya menjaga lisan, agar jangan sampai turut berbicara pada masalah fitnah melainkan harus diiringi dengan ilmu yang benar. Dan tak lupa juga adanya satu hal yang perlu diperhatikan, yakni: memperhatikan antara mashlahat (kebaikan) dan madharat (kerusakan) dalam setiap ucapan yang keluar dari lisan kita.  

Dan tentunya bukan hanya sekedar ucapan, akan tetapi semua yang bersifat perbuatan. Baik itu perbuatan lisan, hati maupun tangan. Perbuatan lisan adalah menjaga agar jangan sampai menjatuhkan diri kepada ucapan-ucapan yang mengundang keruhnya suasana. Adapun perbuatan hati, hendaknya seseorang menjaga hatinya agar jangan sampai tersisip benih-benih kebencian kepada saudaranya sesama muslim. Dan adapun perbuatan tangan adalah dengan menjaga tulisan-tulisannya agar jangan sampai turut melibatkan diri pada perkara-perkara yang bukan porsinya untuk menulis, sehingga mengakibatkan berbagai mafsadah, kerusakan dan semakin mengobarkan api fitnah terhadap sesama muslim.
Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.