(Bagian Kedua)
PERTEMUAN : KE-LIMA BELAS
BUKU :
MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU
‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"PENULISAN HADITS"
Berkata
Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah
:
كِتَابَةُ الْحَدِيْثِ:
أ_ تَعْرِيْفُهَا، ب_ حُكْمُهَا، ج_ صِفَتُهَا.
Penulisan
Hadits:
A).
Definsi Penulisan Hadits. B). Hukum
Penulisan Hadits. C). Sifat Penulisan
Hadits.
Insya Allah
yang akan kita uraikan bersama pada liqa kita kali ini hanya 2 (dua) poin tersebut di atas. Yakni: masail
seputar definisi dan hukum penulisan hadits.
Adapun masail
seputar sifat penulisan hadits, insya Allah untuk liqa ke - enam belas dan liqa
ke - tujuh belas pada pertemuan selanjutnya. Bi idznillah.
*****
أ – تَعْرِيْفُهَا.
A). Definisi Penulisan Hadits.
كِتَابَةُ الْحَدِيْثِ: نَقْلُهُ عَنْ طَرِيْقِ الْكِتَابَةِ.
Penulisan Hadits yaitu: menukil hadits dengan
cara menulisnya.
ب_ حُكْمُ كِتَابَةِ الْحَدِيْثِ.
B). Hukum Penulisan Hadits.
وَالْأَصْلُ فِيْهَا الْحِلُّ، لِأَنَّهَا وَسِيْلَةٌ.
(Pertama _pent).
Asal hukum
penulisan hadits adalah boleh. Karena penulisan hadits merupakan wasilah
(perantara).
وَقَدْ أَذِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَبْدِ
اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنْ يَكْتُبَ مَا سَمِعَهُ مِنْهُ، رَوَاهُ أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ
حَسَنٍ.
"Dan nabi shallallahu 'alihi wasallam memberikan
izin kepada 'Abdullah Ibnu 'Amr radhiallahu
'anhuma untuk menulis apa yang ia dengar dari nabi shallahu 'alaihi wasallam". Hadits
ini diriwayatkan oleh imam Ahmad rahimahullah dengan
sanad yang hasan.
فَإِنْ خِيْفَ مِنْهَا مَحْذُوْرٌ شَرْعِيٌّ مُنِعَتْ.
(Kedua _pent).
Apabila pada
penulisan hadits terdapat sesuatu yang dikhawatirkan secara syar'i, maka penulisan
tersebut tidak diperbolehkan.
وَعَلَى هَذَا يُحْمَلُ النَّهْيُ فِيْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "لَا تَكْتُبُوْا عَنِّيْ شَيْئاً غَيْرَ الْقُرْآنِ، فَمَنْ كَتَبَ
عَنِّيْ شَيْئاً غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ"، رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَأَحْمَدُ
وَاللَّفْظُ لَهُ.
Dan terhadap
hal inilah diarahkan tentang larangan nabi
shallallahu 'alaihi wasallam: "Janganlah kalian menulis sesuatu
dari saya selain Al-Qur'an. Maka barang siapa menulis sesuatu dari saya selain
Al-Qur'an, hendaknya ia menghapusnya." Hadits ini diriwayatkan oleh imam Muslim dan imam
Ahmad dengan lafazh beliau.
وَإِذَا تَوَقَّفَ عَلَيْهَا حِفْظُ السُّنَّةِ وَإِبْلَاغُ الشَّرِيْعَةِ
كَانَتْ وَاجِبَةً.
(Ketiga _pent)
Apabila
penjagaan sunnah dan penyampaian syariat islam terhenti (baca: mengharuskan)
pada penulisan hadits, maka penulisan hadits adalah wajib.
وَعَلَيْهِ تُحْمَلُ كِتَابَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِحَدِيْثِهِ إِلَى النَّاسِ يَدْعُوْهُمْ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَيُبَلِّغُهُمْ
شَرِيْعَتَهُ.
Dan terhadap
hal inilah diarahkan penulisan nabi shallallahu
'alaihi wasallam akan hadits beliau kepada manusia, menyeru mereka
kepada agama Allah 'Azza wa Jalla, dan menyampaikan syari'at Allah kepada
mereka.
وَفِيْ "الصَّحِيْحَيْنِ" عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ عَامَ الْفَتْحِ
فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ: أَبُوْ شَاهٍ فَقَالَ: اُكْتُبُوْا
لِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ: "اُكْتُبُوْا لِأَبِيْ شَاهٍ"، يَعْنِيْ
الْخُطْبَة الَّتِيْ سَمِعَهَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Dan
dalam "shahihain" dari Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu, bahwa nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berkhuthbah pada tahun Al-Fath.
Maka
berdirilah seorang yang berasal dari Yaman, beliau bernama Abu Syah, beliau berkata: "tuliskanlah
untuk aku ya Rasul Allah!"
Maka
nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "tulislah untuk Abu Syah!" Yakni khuthbah yang ia dengar
dari Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam.
Wallahu
a'lam bish-shawab. Wa baarakallahu fikum.
Kamis, 12 - Rabi'ul Awal - 1437 H / 24 - 12 - 2015 M
Baca Juga :
--------------------------
0 komentar:
Posting Komentar