Translate

Jumat, 04 Maret 2016

Adab Bagi Seorang Penyampai Ilmu.



ADAB BAGI SEORANG PENYAMPAI ILMU

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Berkata Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullahu :

مِنَ الْآدَابِ الْمُخْتَصَّةِ بِالْمُعَلِّمِ:

Di antara adab-adab yang khusus bagi seorang penyampai ilmu:

1_ الحِرْصُ عَلَى نَشْرِ الْعِلْمِ بِجَمِيْعِ الْوَسَائِلِ، وَأَنْ يُبْذِلَهُ لِمَنْ طَلَبَهُ بِطَلَاقَةِ وَانْشِرَاحِ صَدْرٍ، مُغْتَبِطاً بِنِعْمَةِ اللهِ عَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَالنُّوْرِ، وَتَيْسِيْرُ مَنْ يَرِثُ عِلْمَهُ عَنْهُ، وَلْيَحْذَرْ كُلَّ الْحَذْرِ مِنْ كِتْمَانِ الْعِلْمِ فِيْ حَالٍ يَحْتَاجُ النَّاسُ فِيْهَا إِلَى بَيَانِهِ، أَوْ يَسْأَلُهُ عَنْهُ مُسْتَرْشِدٌ.

1_ Bersemangat untuk menyebarkan ilmu dengan berbagai perantaranya, dan mencurahkannya dengan wajah yang cerah dan dada yang lapang untuk siapa saja yang mencarinya. Menginginkan ni'mat Allah tercurah kepada para pencarinya berupa ilmu dan cahaya. Dan memudahkan siapa saja yang ingin mewarisi ilmu darinya. Dan berhati-hati dari menyembunyikan ilmu di saat manusia sedang membutuhkan penjelasan atau di saat manusia bertanya kepadanya meminta bimbingan.

فَفِيْ الْحَدِيْثِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ، ثُمَّ كَتَمَهُ، أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ". رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذْيُّ.

Dalam sebuah hadits dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui, kemudian ia menyembunyikannya, niscaya ia akan dikekang dengan tali kekang dari api neraka kelak pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu Dawud dan At-tirmidzi)  

2_ الصَّبْرُ عَلَى أَذَى الْمُتَعَلِّمِيْنَ وَسُوْءِ مُعَامَلَتِهِمْ لَهُ؛ لِيَنَالَ بِذَلِكَ أَجْرَ الصَّابِرِيْنَ، وَيُعَوِّدُهُمْ عَلَى الصَّبْرِ وَاحْتِمَالِ الْأَذَى مِنَ النَّاسِ، لَكِنْ مَعَ مُلَاحَظَتِهِمْ بِالتَّوْجِيْهِ وَالْإِرْشَادِ وَالتَّنْبِيْهِ بِحِكْمَةٍ عَلَى مَا أَسَاؤُوْا بِهِ؛ لِئَلَّا تَضِيْعَ هَيْبَتُهُ مِنْ نُفُوْسِهِمْ، فَيَضِيْعَ مَجْهُوْدُهُ فِيْ تَعْلِيْمِهِمْ.

2_ Bersabar terhadap gangguan dari para pencari ilmu dan dari tidak baiknya pergaulan mereka terhadapnya; agar ia mendapatkan pahala orang-orang yang bersabar. Dan membiasakan mereka untuk bersabar dan memikul beban (gangguan) dari manusia. Akan tetapi dengan tetap mengawasi mereka dengan memberikan arahan dan bimbingan dan peringatan dengan hikmah terhadap apa-apa yang mereka berbuat tidak baik dengannya, agar tidak hilang wibawanya dari jiwa-jiwa mereka, sehingga sia-sia kesungguhannya dalam mengajar mereka.  

3_ أَنْ يُمَثِّلَ أَمَامَ الطَّلَبَةِ بِمَا يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ عَلَيْهِ مِنْ دِيْنٍ وَخُلُقٍ، فَإِنَّ الْمُعَلِّمَ أَكْبَرُ قُدْوَةً لِتِلْمِيْذِهِ، وَهُوَ الْمِرْآةُ الَّتِيْ يَنْعَكِسُ عَلَيْهَا دِيْنُ الْمُعَلِّمِ وَأَخْلَاقِهِ.

3_ Memberikan contoh di depan para pelajar dengan sesuatu yang hendaknya mengandung pesan agama dan akhlaq. Karena sesungguhnya seorang pengajar adalah qudwah terbesar bagi muridnya. Dan ia adalah cermin yang melambangkan agama dan akhlaq seorang penyampai ilmu. 

4_ أَنْ يَسْلُكَ أَقْرَبَ الطُّرُقِ فِيْ إِيْصَالِ الْعِلْمِ إِلَى تَلَامِيْذِهِ، وَمَنَعَ مَا يَحُوْلُ دُوْنَ ذَلِكَ، فَيَعْتَنِّي بِبَيَانِ الْعِبَارَةِ وَإِيْضَاحِ الدَّلَالَةِ، وَغَرَسَ الْمَحَبَّةَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ؛ لِيَتَمَكَّنَ مِنْ قِيَادَتِهِمْ، وَإِصْغَائِهِمْ لِكَلَامِهِ، وَاسِتِجَابَتِهِمْ لِتَوْجِيْهِهِ.

4_ Hendaknya menempuh metode termudah dalam menyampaikan ilmu terhadap para muridnya. Dan menahan sesuatu yang memberatkan selain hal tersebut. Maka seorang penyampai ilmu hendaknya memilik perhatian dengan menjelaskan ibarat-ibarat dan menjelaskan pendalilan. Dan menanamkan kecintaan pada hati mereka; agar mampu mengendalikan mereka dan menjadikan mereka mendengarkan ucapannya dan menerima arahannya.

Wallahu a'lam bish-shawab. Wa baarakallahu fikum.

Akhukum fillah :
Abu Muhammad Mubaarok Al-Atsary
Sabtu, 25  - Jumadal Ula - 1437 H / 05 - 03 - 2016 M


0 komentar:

Posting Komentar

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.