Translate

Kamis, 01 Juni 2017

Metode Imam Lima Dalam Mengeluarkan Perawi Hadits.



بسم الله الرحمن الرحيم

منهج أصحاب الكتب الخمسة في الإخراج عن الرواة


METODE ASHAB KITAB YANG LIMA DALAM MENGELUARKAN PERAWI

1. Metode imam at-Tirmidzi rahimahullahu.

Al-hafizh Ibnu Rajab mengatakan:

 (الترمذي رحمه الله تعالى يخرج حديث الثقة الضابط، ومن يهم قليلاً، ومن يهم كثيراً، ومن يغلب عليه الوهم يخرج حديثه نادراً، ويبين ذلك ولا يسكت عنه.

Imam at-Tirmidzi (dalam kitab sunan beliau), beliau mengeluarkan hadits dari perawi yang tsiqah lagi dlabith, dan dari perawi yang memiliki kesalahan sedikit, dan perawi yang memiliki banyak kesalahan, dan terkadang mengeluarkan hadits dari perawi yang didominan oleh kesalahan, dengan menjelaskan hal tersebut dan tidak mendiamkannya.

وقد خرج حديث كثير بن عبد الله المزني ولم يجمع على ترك حديثه بل قد قواه قوم، وقدم بعضهم حديثه على مرسل ابن المسيب.

Beliau telah mengeluarkan hadits Katsir ibn 'Abdillah al-Muzani, dan beliau tidak disepakati akan ke-matruk-annya, bahkan sebagian ulama menguatkannya. Sebagian ulama ada yang lebih mendahulukan hadits beliau ketimbang mursal Sa'id ibn Musayyab.

وقد حكى الترمذي رحمه الله نعالى  في العلل عن البخاري: أنه قال في حديثه في تكبير العيدين: «هو أصح حديث في هذا الباب»، قال: «وأنا أذهب إليه»).

Dan at-Tirmidzi telah menghikayatkan sebagaimana dalam "al-'Ilal" dari al-Bukhari, beliau (at-Tirmidzi) berkata: "sesungguhnya al-Bukhari mengomentari hadits Katsir ibn 'Abdillah tentang takbir pada shalat dua 'idl: hadits Katsir ibn 'Abdillah adalah hadits tershahih pada bab ini". Beliau melanjutkan perkataannya: "dan aku berpendapat dengan pendapat tersebut".

2. Metode imam Abu Dawud rahimahullahu.  

Al-hafizh Ibnu Rajab mengatakan:

(وأبو داود: قريب من الترمذي في هذا، بل هو أشد انتقاداً للرجال منه).

"Imam Abu Dawud, beliau dekat dengan metode imam at-Tirmidzi dalam masalah ini, bahkan kritikan beliau terhadap para perawi lebih ketat ketimbang imam at-Tirmidzi."

3. Metode imam an-Nasai rahimahullahu.

Al-hafizh Ibnu Rajab mengatakan:

(وأما النسائي: فشرطه أشد من ذلك، ولا يكاد يخرج لمن يغلب عليه الوهم، ولا لمن فحش خطؤه وكثر).

"Adapun imam an-Nasai, pen-syarat-an beliau lebih ketat dari semua itu (yakni dari pen-syarat-an at-Tirmidzi dan Abu Dawud). An-Nasai hampir-hampir tidak mengeluarkan perawi yang didominan oleh kesalahan, dan tidak juga perawi yang fakhisyul khatha' (kesalahannya fatal) dan banyak".

4. Metode imam Muslim rahimahullahu.

Al-hafizh Ibnu Rajab mengatakan:

 (وأما مسلم: فلا يخرج إلا حديث الثقة الضابط، ومن في حفظه بعض الشئ وتكلم فيه لحفظه، لكنه يتحرى في التخريج عنه ولا يخرج عنه إلا ما لا يقال: «إنه مما وهم فيه»).

"Adapun imam Muslim, maka beliau tidak mengeluarkan kecuali hadits dari perawi yang tsiqah lagi dlabith, dan juga mengeluarkan hadits dari perawi yang terdapat sedikit sesuatu yang diperbincangkan pada hafalannya, akan tetapi beliau memeriksa (terlebih dahulu) tatkala hendak mengeluarkan hadits darinya, beliau tidak mengeluarkan darinya melainkan yang tidak dikatakan: "sesungguhnya hadits tersebut termasuk yang ia salah di dalamnya"."  

5. Metode imam al-Bukhari rahimahullahu.

Al-hafizh Ibnu Rajab mengatakan:

(وأما البخاري: فشرطه أشد من ذلك، وهو أنه لا يخرج إلا الثقة الضابط ولمن ندر وهمه، وإن كان قد اعترض عليه في بعض من خرج عنه). والله تعالى أعلم.

"Adapun imam al-Bukhari, maka pen-syarat-an beliau lebih ketat dari semua itu (yakni dari pen-syarat-an ke empat imam di atas), beliau tidak mengeluarkan melainkan perawi yang tsiqah lagi dlabith dan perawi yang jarang kekeliruannya. Walaupun terkadang beliau (juga) dikritik pada sebagian perawi yang beliau keluarkan." Wallahu 'alam. [Syarh 'Ilal at-Tirmidzi]



3 komentar:

  1. Bismillah..
    Afwan, kenapa tidak disebutkan juga metode imam Ibnu Majah dalam ikhroj rijal? Kenapa hanya metode imam yang lima? Baarakallahu fikum.

    BalasHapus
  2. Al-hafizh Ibnu Majah, sebagian ulama hadits tidak mengakui kitab beliau sebagai layak untuk masuk ‎kederetan lima ahli hadits di atas, tentunya karena berbagai alasan.

    Di antaranya: al-hafizh Ibnu Majah mengeluarkan hadits dari para perawi yang matruk dan maudlu', yang ‎jumlahnya terbilang tidak sedikit.

    Di sisi lain juga, sebagian ulama ada yg lebih mendahulukan Musnad/Sunan ad-Darimi ketimbang Sunan ‎Ibnu Majah. Karena penyeleksian al-hafizh ad-Darimi jauh lebih ketat dibanding al-hafizh Ibnu Majah.

    Juga, sebenarnya awal yg memasukkan kitab Sunan Ibnu Majah dlm deretan kitab yg enam adalah al-hafizh ‎Abu al-Fadl Muhammad ibn Thahir al-Maqdisi (w 507h) sbgmn dlm kitab beliau "Athrof al-Kutub as-‎Sittah", demikian jg dlm kitab "Suruth al-Aimmah as-Sittah" yg jg karya beliau.

    Kmd diikuti oleh al-hafizh Abdul Ghani ibn Abdul Wahid al-Mqdisi dlm kitab beliau "al-Kamal Fii Asma ar-‎Rijal‎"‎.

    Wallahu a'lam, nampaknya dalam hal ini, al-hafizh Ibnu Rajab tdk mengikuti pendapat tsb. Dan saia belum ‎menemukan nash sharih dari beliau yang menyatakan kitab Sunan Ibnu Majah masuk dalam kutub ‎sittah.‎

    BalasHapus
  3. Baik, syukran atas penjelasannya. Ahsanallahu ilaik.

    BalasHapus

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.