Translate

Jumat, 25 Maret 2016

001. Sekapur Sirih.




PERTEMUAN : PERTAMA
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"SEKAPUR SIRIH"

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا، أما بعد..

Bukan merupakan sesuatu yang tersamarkan bagi seorang yang 'aqil dan memiliki pengetahuan, bahwa ilmu dan ahlul ilmi memiliki kedudukan dan keutamaan yang tinggi dalam syariat yang mulya ini. Dan bahwa pada asalnya manusia diciptakan dalam keadaan jahil dan bodoh lagi bersifat aniaya. Pada dasarnya, manusia tidak memiliki ilmu. Dan ia lebih cenderung menuruti hawa nafsunya. Sehingga keadaan tersebut menuntutnya untuk terus menerus membutuhkan kepada ilmu syar'i guna menghilangkan kebodohan.

Apabila Allah tidak mengaruniakan ilmu syar'i, niscaya kejahilan dan sifat aniaya benar-benar akan menggelincirkan kita dari jalan yang lurus. Maka ini sekaligus mengisyaratkan, akan betapa butuh dan betapa hausnya kita terhadap setiap tetesan ilmu syar'i yang Allah turunkan dalam kitab-Nya ataupun melalui sunnah Nabi-Nya. Dan kekuatan serta pertolongan hanyalah datang dari Allah semata. Fala haula wala quwwata illa billahi.

Dalam Al-Fawaidnya, Ibnu Al-Qayyim -rahimahullahu- berkata:      

أَعْلَى الْهِمَمِ فِىْ طَلَبِ العِلْمِ: طَلَبُ عِلْمِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْفَهْمِ عَنِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ نَفْسَ الْمُرَادِ وَعِلْمِ حُدُوْدِ الْمُنْزَلِ.

Setinggi-tinggi keinginan dalam menuntut ilmu adalah menuntut ilmu kitab dan sunnah, dan memahami apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang diinginkan, dan mengetahui batasan-batasan yang Allah turunkan. (Al-Fawaid. Cet: Dar Kutub Ilmiyah Bairut. Hal: 61)  

Berbicara tentang ilmu dan berkaitan dengan apa yang akan kita kaji bersama, maka ilmu musthalah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan terhadap sunnah nabawiyyah yang suci. Karena hanya dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam ilmu musthalah, suatu hadits bisa terbedakan mana yang valid dan mana yang invalid, mana yang shahih dan mana yang lemah.

Berkata Imam Abdullah Ibnu Al-Mubarak -rahimahullah- :     

لَيْسَ جَوْدَةُ الْحَدِيْثِ فِيْ قُرْبِ الْإِسْنَادِ وَلَكِنْ جَوْدَةُ الْحَدِيْثِ صِحَّةُ الرِّجَالِ.

Bukanlah bagusnya suatu hadits itu dengan dekatnya sanad. Akan tetapi bagusnya hadits adalah keshahihan para rijalnya. (Al-Jami' Li Akhlaq Ar-Rawi: 2/1332. Hal: 138)

Berkata Imam Yahya Ibnu Sa'id Al-Qaththan -rahimahullah- :    

لَا تَنْظُرُوْا إِلَى الحَدِيْثِ وَلَكِنِ انْظُرُوْا اِلَى الْاِسْنَادِ فَإِنْ صَحَّ الْإِسْنَادُ وَإِلَّا فَلَا تَغْتَرُّ بِالْحَدِيْثِ إِذَا لَمْ يَصِحِ الْإِسْنَادُ.

Janganlah kalian melihat kepada hadits, akan tetapi lihatlah terhadap sanad. Apabila shahih suatu sanad (maka shahihlah haditsnya). Dan apabila tidak, maka janganlah tertipu dengan hadits apabila sanadnya tidak shahih. (Al-Jami' Li Akhlaq Ar-Rawi: 2/1336. Hal: 139)

Berkata Al-Hafizh Ibnu Qutaibah Ad-Dainuri -rahimahullahu-:

لَيْسَ  لِأُمَّةٍ مِنَ الْأُمَمِ إِسْنَادٌ كَإِسْنَادِهِمْ –يَعْنِي: هَذِهِ الْأُمَّةَ- رَجُلٌ عَنْ رَجُلٍ، وَثِقَةٌ عَنْ ثِقَةٍ، حَتَّى يَبْلُغَ بِذَالِكَ رَسُوْلَ اللهِ وَصَحَابَتَهُ، فَيَبِيْنُ بِذَلِكَ الصَّحِيْحُ وَالسَّقِيْمُ، وَالْمُتَّصِلُ وَالْمُنْقَطِعُ، وَالْمُدَلَّسُ وَالسَّلِيْمُ.

Tidak ada satupun umat dari umat-umat terdahulu yang memiliki sanad sebagaimana sanad mereka -yakni: umat ini-, seorang lelaki dari seorang lelaki, seorang yang terpercaya dari seorang yang terpercaya, hingga hal tersebut sampai kepada Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya. Sehingga jelaslah dengan hal tersebut hadits yang shahih dan yang cacat, yang tersambung dan yang terputus, yang tertadlis dan yang selamat. (Tahdzib Al-Kamal Lil Hafizh Al-Mizzi: 1/166)     

Al-Imam Al-Hafizh As-Suyuthi -rahimahullahu- berkata dalam "Nazham Alfiyahnya":  

عِلْمُ الْحَدِيْثِ ذُوْ قَوَانِيْنَ تُحَدْ * يُدْرَى بِهَا أَحْوَالُ مَتْنٍ وَسَنَدْ

Ilmu hadits memiliki pokok-pokok yang terdefinisikan * Yang terdeteksilah dengan hal tersebut keadaan matan dan sanad

فَذَانِكَ الْمَوْضُوْعُ وَالْمَقْصُوْدُ * أَنْ يُعْرَفَ الْمَقْبُوْلُ وَالْمَرْدُوْدُ

Dua hal tersebut adalah inti dan maksud * Agar diketahui mana yang diterima dan yang ditolak

Maka jelaslah, bahwa mempelajari ilmu musthalah adalah termasuk perkara yang sangat penting. Dan dengan mempelajari ilmu ini, maka kita akan mendapatkan tambahan wawasan dan perbendaharaan berkaitan dengan istilah-istilah dalam ilmu hadits.

Mempelajari ilmu ini, padanya terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang pelajar yang ingin menguasainya dengan baik. Dengan bersabar untuk banyak menela'ah, mengulang dan membaca kembali dari setiap yang telah dipelajari.

Akan tetapi berhubung apa yang kita pelajari bersama ini hanya sekedar bertatap muka di balik layar alias tidak bertatap muka secara langsung, maka tujuan kita bukanlah tujuan maksimal, akan tetapi hanyalah sebagai tujuan minimal. Paling tidak, sahabat fillah sekalian memiliki tambahan faidah dan pengetahuan seputar istilah-istilah dan kaidah dalam ilmu ini. Dan insya Allah dengan seringnya serta terus-menerusnya pertemuan, diharapkan bisa sedikit tertanam dan difahami dengan baik dari setiap istilah-istilah sederhana yang ada, baik yang telah maupun yang akan kita lalui bersama. Bi idznillah ta'ala..

Tak lupa juga..
Sebelum kita memasuki pada isi kitab yang akan kita pelajari, hendaknya sahabat fillah sekalian memperhatikan niat dan tujuan sahabat fillah..

Semoga Allah Jalla wa 'Ala senantiasa meluruskan niat kita agar ikhlas lillah semata, dalam rangka mengangkat kejahilan dalam diri kita, dalam rangka mencari cinta dan ridha-Nya semata. Dan semoga apa yang kita pelajari menjadi sebab bertambahnya pengetahuan, luasnya cara memandang, hilangnya sifat dan sikap kaku dan sempit dalam berpendapat. Serta semoga bermanfaat, berfaidah dan bernilai pahala di sisi Allah. Amin ya Allah ya Rabbana, innaka anta sami'ud du'a…

Unduh format PDF artikel ini : "Sekapur Sirih".

Dan bagi teman-teman sekalian yang ingin mengunduh matan atau syarh Al-Baiquniyyahnya bisa unduh di sini : 

Waffaqanallahu wa iyakum ila ma yuhibbuhu wa yardhah.


Al-Faqir ila maghfirati Rabbih :
Rabu, 07 - Jumada At-Tsaniyah - 1437 H / 16 - 03 - 2016 M  


2 komentar:

  1. Maa syaa Allah, bermanfaat sekali artikelnya, semoga kita senantiasa dimudahkan dalam menuntut ilmu syar'i

    BalasHapus
    Balasan
    1. ِAmin ya Rabb..
      Untuk rekan-rekan yang ingin mengikuti Dars Silsilah Kitab-Kitab Ilmu Hadits Bersanad (dengan catatan memiliki kemampuan membaca kitab dengan baik), kami persilahkan bisa bergabung bersama kami di chanel telegram: BELAJAR ILMU HADITS BERSANAD. Saat ini bihamdillah telah selesai membaca SYARH MANZHUMAH BAIQUNIYAH karya guru kami syaikh Abul Hasan Ali bin Ahmad Ar-Razihi hafizhahullahu, dan sedang memasuki kitab selanjutnya, yakni kitab TAISIR MUSTHALAH HADITS karya syaikh Mahmud Thahan hafizhahullahu.

      Hapus

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.