PERTEMUAN : PERTAMA
SYARH AL-MANZHUMAH AL-BAIQUNIYYAH
IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"SEKAPUR
SIRIH"
الحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ
كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
مَزِيْدًا، أما بعد..
Bukan
merupakan sesuatu yang tersamarkan bagi seorang yang 'aqil dan memiliki
pengetahuan, bahwa ilmu dan ahlul ilmi memiliki kedudukan dan keutamaan yang
tinggi dalam syariat yang mulya ini. Dan bahwa pada asalnya manusia diciptakan
dalam keadaan jahil dan bodoh lagi bersifat aniaya. Pada dasarnya, manusia
tidak memiliki ilmu. Dan ia lebih cenderung menuruti hawa nafsunya. Sehingga
keadaan tersebut menuntutnya untuk terus menerus membutuhkan kepada ilmu syar'i
guna menghilangkan kebodohan.
Apabila
Allah tidak mengaruniakan ilmu syar'i, niscaya kejahilan dan sifat aniaya benar-benar
akan menggelincirkan kita dari jalan yang lurus. Maka ini sekaligus
mengisyaratkan, akan betapa butuh dan betapa hausnya kita terhadap setiap tetesan
ilmu syar'i yang Allah turunkan dalam kitab-Nya ataupun melalui sunnah Nabi-Nya.
Dan kekuatan serta pertolongan hanyalah datang dari Allah semata. Fala haula
wala quwwata illa billahi.
Dalam
Al-Fawaidnya, Ibnu Al-Qayyim -rahimahullahu- berkata:
أَعْلَى الْهِمَمِ فِىْ طَلَبِ العِلْمِ:
طَلَبُ عِلْمِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْفَهْمِ عَنِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ نَفْسَ
الْمُرَادِ وَعِلْمِ حُدُوْدِ الْمُنْزَلِ.
Setinggi-tinggi
keinginan dalam menuntut ilmu adalah menuntut ilmu kitab dan sunnah, dan
memahami apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang diinginkan,
dan mengetahui batasan-batasan yang Allah turunkan. (Al-Fawaid. Cet: Dar Kutub
Ilmiyah Bairut. Hal: 61)
Berbicara
tentang ilmu dan berkaitan dengan apa yang akan kita kaji bersama, maka ilmu
musthalah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan
terhadap sunnah nabawiyyah yang suci. Karena hanya dengan kaidah-kaidah yang
terdapat dalam ilmu musthalah, suatu hadits bisa terbedakan mana yang valid dan
mana yang invalid, mana yang shahih dan mana yang lemah.
Berkata
Imam Abdullah Ibnu Al-Mubarak -rahimahullah- :
لَيْسَ جَوْدَةُ الْحَدِيْثِ فِيْ قُرْبِ الْإِسْنَادِ
وَلَكِنْ جَوْدَةُ الْحَدِيْثِ صِحَّةُ الرِّجَالِ.
Bukanlah
bagusnya suatu hadits itu dengan dekatnya sanad. Akan tetapi bagusnya hadits
adalah keshahihan para rijalnya. (Al-Jami' Li Akhlaq Ar-Rawi: 2/1332. Hal: 138)
Berkata
Imam Yahya Ibnu Sa'id Al-Qaththan -rahimahullah- :
لَا تَنْظُرُوْا
إِلَى الحَدِيْثِ وَلَكِنِ انْظُرُوْا اِلَى الْاِسْنَادِ فَإِنْ صَحَّ الْإِسْنَادُ
وَإِلَّا فَلَا تَغْتَرُّ بِالْحَدِيْثِ إِذَا لَمْ يَصِحِ الْإِسْنَادُ.
Janganlah
kalian melihat kepada hadits, akan tetapi lihatlah terhadap sanad. Apabila
shahih suatu sanad (maka shahihlah haditsnya). Dan apabila tidak, maka
janganlah tertipu dengan hadits apabila sanadnya tidak shahih. (Al-Jami' Li
Akhlaq Ar-Rawi: 2/1336. Hal: 139)
Berkata
Al-Hafizh Ibnu Qutaibah Ad-Dainuri -rahimahullahu-:
لَيْسَ
لِأُمَّةٍ مِنَ الْأُمَمِ إِسْنَادٌ كَإِسْنَادِهِمْ –يَعْنِي: هَذِهِ
الْأُمَّةَ- رَجُلٌ عَنْ رَجُلٍ، وَثِقَةٌ عَنْ ثِقَةٍ، حَتَّى يَبْلُغَ بِذَالِكَ
رَسُوْلَ اللهِ وَصَحَابَتَهُ، فَيَبِيْنُ بِذَلِكَ الصَّحِيْحُ وَالسَّقِيْمُ،
وَالْمُتَّصِلُ وَالْمُنْقَطِعُ، وَالْمُدَلَّسُ وَالسَّلِيْمُ.
Tidak
ada satupun umat dari umat-umat terdahulu yang memiliki sanad sebagaimana sanad
mereka -yakni: umat ini-, seorang lelaki dari seorang lelaki, seorang yang
terpercaya dari seorang yang terpercaya, hingga hal tersebut sampai kepada
Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya. Sehingga
jelaslah dengan hal tersebut hadits yang shahih dan yang cacat, yang tersambung
dan yang terputus, yang tertadlis dan yang selamat. (Tahdzib Al-Kamal Lil
Hafizh Al-Mizzi: 1/166)
Al-Imam
Al-Hafizh As-Suyuthi -rahimahullahu- berkata dalam "Nazham Alfiyahnya":
عِلْمُ الْحَدِيْثِ ذُوْ قَوَانِيْنَ تُحَدْ *
يُدْرَى بِهَا أَحْوَالُ مَتْنٍ وَسَنَدْ
Ilmu hadits memiliki pokok-pokok yang terdefinisikan * Yang
terdeteksilah dengan hal tersebut keadaan matan dan sanad
فَذَانِكَ الْمَوْضُوْعُ وَالْمَقْصُوْدُ * أَنْ
يُعْرَفَ الْمَقْبُوْلُ وَالْمَرْدُوْدُ
Dua hal tersebut adalah inti dan maksud * Agar diketahui mana yang
diterima dan yang ditolak
Maka
jelaslah, bahwa mempelajari ilmu musthalah adalah termasuk perkara yang sangat
penting. Dan dengan mempelajari ilmu ini, maka kita akan mendapatkan tambahan
wawasan dan perbendaharaan berkaitan dengan istilah-istilah dalam ilmu hadits.
Mempelajari
ilmu ini, padanya terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang
pelajar yang ingin menguasainya dengan baik. Dengan bersabar untuk banyak
menela'ah, mengulang dan membaca kembali dari setiap yang telah dipelajari.
Akan
tetapi berhubung apa yang kita pelajari bersama ini hanya sekedar bertatap muka
di balik layar alias tidak bertatap muka secara langsung, maka tujuan kita
bukanlah tujuan maksimal, akan tetapi hanyalah sebagai tujuan minimal. Paling
tidak, sahabat fillah sekalian memiliki tambahan faidah dan pengetahuan seputar
istilah-istilah dan kaidah dalam ilmu ini. Dan insya Allah dengan seringnya
serta terus-menerusnya pertemuan, diharapkan bisa sedikit tertanam dan difahami
dengan baik dari setiap istilah-istilah sederhana yang ada, baik yang telah
maupun yang akan kita lalui bersama. Bi idznillah ta'ala..
Tak
lupa juga..
Sebelum
kita memasuki pada isi kitab yang akan kita pelajari, hendaknya sahabat fillah
sekalian memperhatikan niat dan tujuan sahabat fillah..
Semoga
Allah Jalla wa 'Ala senantiasa meluruskan niat kita agar ikhlas lillah semata,
dalam rangka mengangkat kejahilan dalam diri kita, dalam rangka mencari cinta
dan ridha-Nya semata. Dan semoga apa yang kita pelajari menjadi sebab bertambahnya
pengetahuan, luasnya cara memandang, hilangnya sifat dan sikap kaku dan sempit
dalam berpendapat. Serta semoga bermanfaat, berfaidah dan bernilai pahala di
sisi Allah. Amin ya Allah ya Rabbana, innaka anta sami'ud du'a…
Unduh format PDF artikel ini : "Sekapur Sirih".
Dan bagi teman-teman sekalian yang ingin mengunduh matan atau syarh Al-Baiquniyyahnya bisa unduh di sini :
Waffaqanallahu wa iyakum ila ma yuhibbuhu wa yardhah.
Al-Faqir ila maghfirati Rabbih :
Rabu, 07 - Jumada At-Tsaniyah - 1437 H / 16 - 03 - 2016 M
Maa syaa Allah, bermanfaat sekali artikelnya, semoga kita senantiasa dimudahkan dalam menuntut ilmu syar'i
BalasHapusِAmin ya Rabb..
HapusUntuk rekan-rekan yang ingin mengikuti Dars Silsilah Kitab-Kitab Ilmu Hadits Bersanad (dengan catatan memiliki kemampuan membaca kitab dengan baik), kami persilahkan bisa bergabung bersama kami di chanel telegram: BELAJAR ILMU HADITS BERSANAD. Saat ini bihamdillah telah selesai membaca SYARH MANZHUMAH BAIQUNIYAH karya guru kami syaikh Abul Hasan Ali bin Ahmad Ar-Razihi hafizhahullahu, dan sedang memasuki kitab selanjutnya, yakni kitab TAISIR MUSTHALAH HADITS karya syaikh Mahmud Thahan hafizhahullahu.