Translate

Rabu, 30 Mei 2018

Kapan Suatu Hadits Dihukumi Mungkar ?



بسم الله الرحمن الرحيم

Pertanyaan : Kapan suatu hadits dihukumi mungkar?

Jawaban : Setidaknya ada dua sebab sehingga suatu hadits dihukumi mungkar.

Sebab Pertama:
Karena dalam sanad hadits terdapat perawi yang kekeliruannya fatal [فاحش الغلط] atau perawi yang didominan oleh kelalaian [شدة الغفلة] atau perawi yang fasiq [‏ فاسق].

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Taisir Musthalah:

الحديث المنكر هو الحديث الذي في إسناده راو فَحُشَ غلطُه أو كثرت غفلته أو ظهر فسقه.

Hadits mungkar adalah suatu hadits yang pada sanadnya terdapat perawi yang fatal kekeliruannya atau banyak kelalaian atau nampak kefasikannya. [Taisir Musthalah: 119]

1. Makna fahisy ghalath/kekeliruan yang fatal..

Dipaparkan oleh asy-syaikh Abdul Karim al-Khudhair hafizhahullahu ta’ala, sebagaimana tercantum dalam [Syarah Nukhbatul Fikr] beliau:

فحش الغلط كثرته، وكل شيء جاوز حده فهو فاحش، وذلك بأن يكون غلط الراوي أكثر من صوابه أو يتساويان، أما إذا كان الغلط قليلاً فإنه لا يؤثر إذ لا يخلو الإنسان من الغلط والنسيان.

Fuhsyul ghalat adalah banyaknya kekeliruan, semua yang melebihi batasan adalah fahisy/fatal. Yang demikian, jika kekeliruan seorang perawi melebihi benarnya, atau sama banyaknya. Adapun jika kekeliruannya sedikit, maka itu tidak memberikan pengaruh, karena tidak ada seorangpun yang selamat dari keliru dan lupa. [Syarah Nukhbat al-Fikr, Bab Fuhsyul Ghalat: 18]

Al-Khathib al-Baghdadi rahmatullahi ‘alaihi juga meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Sufyan ats-Tsauri rahmatullahi ‘alaih, beliau mengatakan:

ليس يكاد يفلت من الغلط أحد، إذا كان الغالب على الرجل الحفظ فهو حافظ وإن غلط، وإن كان الغالب عليه الغلط ترك.

Hampir-hampir tidak ada seorangpun yang bisa terlepas dari kekeliruan. Jika mayoritas keadaan seorang perawi adalah terjaga hafalannya, maka ia terkategorikan seorang hafizh walaupun keliru. Dan jika mayoritas keadaannya keliru, maka ia matruk (ditinggalkan). [Al-Kifayah Fi Ilmi Riwayah: 144]

Kemudian asy-syaikh Abdul Karim al-Khudhair melanjutkan penuturan beliau:

وإذا كثر غلط الراوي ترك حديثه، روى الخطيب البغدادي عن عبد الرحمن بن مهدي أنه كان لا يترك حديث رجل إلا رجل متهم بالكذب أو رجلاً الغالب عليه الغلط.

Jika kesalahan seorang perawi mendominan, maka haditsnya matruk/ditnggalkan. Al-Khathib al-Baghdadi telah meriwayatkan dari Abrurrahman bin Mahdi, bahwa beliau tidak meninggalkan hadits dari seseorang, terkecuali seorang yang tertuduh berdusta atau seorang yang didominan oleh kekeliruan. [Syarah Nukhbat al-Fikr, Bab Fuhsyul Ghalat: 18] 

2. Makna syiddat ghaflah/banyak kelalaian.

Banyak kelalaian [شدة الغفلة] dan kekeliruan yang fatal [فاحش الغلط] keduanya memiliki makna yang berdekatan. Adapun sisi perbedaannya:

الغفلة فِي السماع وَتحمل الحَدِيث، والغلط فِي الإسماع وَالْأَدَاء.

Ghaflah/lalai terjadi tatkala mendengar dan mengambil hadits. Sementara ghalath/keliru terjadi tatkala memperdengarkan dan menyampaikan hadits. [Muqaddimah Fi Ushul Hadits: 1/69]

3). Perawi yang fasik.

الفاسق وهو من غلبت عليه المعصية.

Seorang yang fasiq adalah seorang yang keadaannya didominan oleh kemaksiatan. [Tuhfat al-Mubtadi Syarah Nazham al-Baqiuni: 20].

Setelah al-Khathib memaparkan bentuk-bentuk perbuatan kefasikan, kemudian beliau mengatakan:

كل من ثبت عليه فعل شيء من هذه الكبائر المذكورة أو ما كان بسبيلها كشرب الخمر واللواط ونحوهما فعدالته ساقطة وخبره مردود حتى يتوب. وكذلك إذا ثبت عليه ملازمته لفعل المعاصى التي لا يقطع على أنها من الكبائر وإدامة السخف والخلاعة والمجون في أمر الدين.

Setiap yang terbukti melakukan sesuatu berupa dosa-dosa besar yang telah disebutkan ini, atau yang sejalan dengannya seperti meminum khamer, atau perbuatan homoseksual, dan yang semisal keduanya, maka sifat adilnya jatuh dan khabarnya ditolak, hingga ia bertaubat. Demikian juga apabila terbukti terus-menerus melakukan maksiat walaupun tidak dipastikan berupa dosa-dosa besar, dan terus-menerus meremehkan, berbuat keji dan anarkis dalam urusan agama. [Al-Kifayah Fi Ilmi Riwayah: 104]

Sebab Kedua:
Ketika seorang perawi yang lemah [الضعيف] menyelisihi perawi yang terpercaya [الثقة].

Sebagaimana dijelaskan oleh al-hafizh Ibnu Hajar rahmatullahi ‘alaihi: secara kesimpulan, bahwa hadits mungkar adalah:

ما رواه الضعيف مخالفا لما رواه المقبول“.

Suatu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lemah, dalam keadaan menyelisihi hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul [diterima haditsnya]. [Nuzhat an-Nazhar: 91]

المراد بـ المقبول هنا يشمل: راوي الصحيح ]العدل التام الضبط[ وراوي الحسن ]العدل الذي خف ضبطه[.

Yang diinginkan dengan kata “perawi maqbul” disini, mencakup: perawi hadits shahih [adil dan sempurna dhabth-nya] dan mencakup perawi hadits hasan [adil dan ringan dhabth-nya]. [Taisir Musthalah: 119]

Dan hadits mungkar masuk dalam kategori hadits yang sangat lemah, tidak bisa menguatkan dan tidak bisa dikuatkan. Wallahu a’lam.


0 komentar:

Posting Komentar

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.