Translate

Sabtu, 26 Mei 2018

Khabar Ahad Tidak Dipakai Dalam Masalah Aqidah (?)



بسم الله الرحمن الرحيم

Pertanyaan :

سمعت من يقول: إن أحاديث الآحاد لا تثبت بها العقيدة، لأنها تفيد الظن، ولا تفيد اليقين. فما هو جوابكم على هذا؟

Saya mendengar ada yang mengatakan: bahwa aqidah tidak bisa divalidasi dengan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad hanya memberi faidah zhan (tidak bisa dipastikan keabsahannya), dan tidak memberikan faidah yakin. Apa jawaban anda mengenai masalah ini?   
  
Jawaban :

الحمد لله...
جوابنا على من يرى أن أحاديث الآحاد لا تثبت بها العقيدة لأنها تفيد الظن والظن لا تبنى عليه العقيدة، أن نقول: هذا رأي غير صواب؛ لأنه مبني على غير صواب، وذلك من عدة وجوه :

Alhamdulillah…
Jawaban kami bagi yang mengatakan [bahwa aqidah tidak bisa divalidasi dengan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad hanya memberi faidah zhan, sementara aqidah tidak dibangun diatas zhan], kami katakan: pendapat ini tidak benar, karena ia dibangun diatas ketidak-benaran, dari beberapa sisi:

الأول: القول بِأَن حديث الآحاد لا يفيد إلا الظن ليس على إطلاقه، بل في أخبار الآحاد ما يفيد اليقين إذا دلت القرائن على صِدْقه، كما إذا تلقته الأمة بالقبول، مثل حديث عمر بن الخطاب رضي الله عنه: (إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ) فإنه خبر آحاد، ومع ذلك فإننا نعلم أن النبي صلى الله عليه وسلم قاله، وهذا ما حققه شيخ الإسلام ابن تيمية والحافظ ابن حجر وغيرهما.

Sisi pertama:
Pendapat bahwa hadits ahad tidak memberikan faidah selain zhan, ini tidak secara muthlaq. Bahkan pada berbagai khabar ahad terdapat sesuatu yang memberikan faidah yaqin apabila berbagai qarinah (indikasi) telah menunjukkan kebenarannya. Sebagaimana apabila ummat telah menyambut dengan menerimanya, seperti hadits ‏(إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ)‏, sesungguhnya ini adalah khabar ahad. Namun bersamaan dengan itu, sesungguhnya kita mengetahui bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyabdakannya. Sebagaimana ini telah ditegaskan oleh Ibnu Taimiyyah dan al-hafizh Ibnu Hajar dan selain mereka berdua.

الثاني: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يرسل الآحاد بأصول العقيدة (شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله) وإرساله حُجَّة مُلْزِمة، كما بعث مُعَاذاً رضي الله عنه إلى اليمن، واعتبر بَعْثَه حُجَّةً مُلْزِمَةً لأهل اليمن بقبوله.

Sisi kedua:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengutus personal-personal dengan membawa misi ushul aqidah, berupa kesaksian tidak ada yang berhaq diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah. Dan pengutusan tersebut adalan hujjah yang meng-ilzam (benar-benar ranah pokok aqidah bukan masalah furu’ atau furu’ aqidah). Sebagaimana nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus shahabat Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu kepada penduduk Yaman. Dan beliau menganggap pengutusan tersebut adalah hujjah yang meng-ilzam bagi penduduk Yaman untuk menerimanya.  

الثالث: إذا قلنا بأن العقيدة لا تثبت بأخبار الآحاد، أمكن أن يُقال: والأحكام العملية لا تثبت بأخبار الآحاد، لأن الأحكام العملية يصحبها عقيدة أن الله تعالى أمر بهذا أو نهى عن هذا، وإذا قُبل هذا القول تعطل كثير من أحكام الشريعة، وإذا رُدّ هذا القول فليردّ القول بأن العقيدة لا تثبت بخبر الآحاد إذ لا فرق كما بيّنا.

Sisi ketiga:
Jika kita mengatakan bahwa aqidah tidak bisa divalidasi dengan khabar ahad, lebih mungkin kita katakan: hukum muamalah juga tidak bisa divalidasi dengan khabar ahad, karena hukum muamalah juga diringi dengan aqidah bahwa Allah yang memerintahkan dengan ini atau melarang dari hal ini. Jika pendapat ini diterima, niscaya akan ada banyak ahkam syariah yang hilang. Dan jika ditolak, maka ditolak juga pendapat yang mengatakan bahwa aqidah tidak bisa divalidasi dengan khabar ahad, karena sejatinya tidak ada perbedaan sebagaimana yang telah kami paparkan!. ‎ ‎

والحاصل: أن خبر الآحاد إذا دلت القرائن على صِدْقه أفاد العلمَ، وثبت به الأحكام العَملية والعِلمية، ولا دليل على التفريق بينهما، ومَنْ نَسَبَ إلى أحدٍ من الأئمِة التفريقَ بينهما فعليه إثباتُ ذلك بالسند الصحيح عنه. ثم بيان دليله المستَند إليه.

Alhasil:
Khabar ahad, apabila berbagai qarinah ‎‎(indikasi) telah menunjukkan kebenarannya, maka ia memberikan faidah ilmu, ahkam amaliah dan ilmiah tervalidasi dengan hal tersebut, tidak ada argumentasi yang menunjukan perbedaan diantara keduanya. Barangsiapa yang menyandarkan kepada salah seorang imam tentang adanya perbedaan diantara keduanya, maka hendaknya ia mendatangkan bukti dengan sanad yang shahih dari imam tersebut! Kemudian menjelaskan argumentasi yang disandarkan kepada imam tersebut!  

الرابع: أن الله تعالى أمر بالرجوع إلى قول أهل العلم لمن كان جاهلاً فيما هو من أعظم مسائل العقيدة وهي الرسالة: فقال تعالى: (فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) انتهى .

Terakhir:
Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan untuk kembali kepada pendapat ahli ilmu bagi yang tidak memiliki ilmu tentang sesuatu yang merupakan seagung-agung masalah aqidah, yakni; risalah. Allah memerintahkan: “Bertanyalah kalian kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui”. Selesai. [Fatawa fil Aqidah lisy-Syaikh al-‘Utsaimin rahmatullahi alaih]

Oleh karenanya, sangat wajar apabila kemudian al-hafizh Ibnu Hibban rahimahullahu-pun menyatakan:

فأما الأخبار فإنها كلها أخبار آحاد، لأنه ليس يوجد عن النبي صلى الله عليه وسلم خبر من رواية عدلين روى أحدهما عن عدلين وكل واحد منهما عن عدلين حتى ينتهي ذلك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم. فلما استحال هذا وبطل، ثبت أن الأخبار كلها أخبار الآحاد. وأن من تنكب عن قبول إخبار الآحاد، فقد عمد إلى ترك السنن كلها، لعدم وجود السنن إلا من رواية الآحاد.

Adapun khabar, sesungguhnya semuanya adalah ahad. Karena tidak ada suatu khabar dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari riwayat dua orang yang adil, yang salah satunya meriwayatkan dari dua orang yang adil, masing-masing dari keduanya dari dua orang yang adil sampai selesai hingga kepada rasul Allah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tatkala hal ini adalah sesuatu yang mustahil dan bathil, maka jelaslah bahwa khabar semuanya adalah ahad. Dan barangsiapa yang menolak dari menerima khabar ahad, sesungguhnya ia telah bersengaja menolak seluruh sunnah, karena tidak adanya sunnah melainkan dari riwayat yang ahad!. [Muqaddimah Shahih Ibnu Hibban]

Dipertegas juga oleh perkataan al-hafizh Ibnu Abdil Barr rahimahullahu sebagaimana tercantum dalam “Tamhid” beliau:

وكلهم يدين بخبر الواحد العدل في الاعتقادات ويعادي ويوالي عليها ويجعلها شرعا ودينا في معتقده، على ذلك جماعة أهل السنة، وبالله التوفيق.

Mereka semua beragama dengan khabar ahad yang adil dalam berbagai masalah aqidah, menjadikan permusuhan dan loyalitas diatasnya. Menjadikannya sebagai syariat dan agama pada keyakinannya. Diatas hal tersebutlah kelompok ahli sunnah. Wabillahit taufiq.    

Al-imam asy-Syafi’i rahimahullahu juga menuturkan:  

ولم يكن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ليبعث إلا واحدًا؛ الحجة قائمة بخبره على من بعثه إن شاء الله.

Tidaklah nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak mengutus melainkan hanya seorang saja. Hujjah-pun tegak dengan khabar tersebut atas orang yang beliau mengutusnya insya Allah. [Ar-Risalah: 415].

وقال الخطيب البغدادي: "وعلى العمل بخبر الواحد كان كافة التابعين، ومن بعدهم من الفقهاء الخالفين في سائر أمصار المسلمين إلى وقتنا هذا، ولم يبلغنا عن أحد منهم إنكار لذلك، ولا اعتراض عليه".
\
Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullahu juga menuturkan: "Beramal dengan Khabar Ahad adalah (pendapat) seluruh para tabi'in, dan orang-orang setelah mereka dari kalangan para fuqaha yang beraneka ragam di berbagai negeri kaum muslimin hingga waktu kita saat ini. Tidak sampai kepada kita dari seorangpun dari kalangan mereka pengingkaran terhadap hal tersebut dan tidak pula penentangan terhadapnya."

"فثبت أن من دين جميعهم وجوبه، إذ لو كان فيهم من كان لا يرى العمل به لنقل إلينا الخبر عنه بمذهبه فيه. والله أعلم".

Kemudian Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullahu melanjutkan: "Maka telah valid, sesungguhnya termasuk agama mereka seluruhnya adalah wajibnya beramal dengan Khabar Ahad. Karena apabila terdapat pada mereka seorang yang tidak memandang beramal dengan Khabar Ahad, niscaya telah dinukilkan kepada kita berita darinya dengan madzhabnya mengenai hal tersebut. Wallahu 'alam." [Al-Kifayah: 48, & Ma'alim Ushul: 141-142]. Wallahu a’lam.

Alih bahasa : Mubaarok Al-Atsary.

2 komentar:

  1. Bismillah..
    Ada baiknya percakapan khilafiyat masalah ini dengan ustadz Azizi Fathoni diambil poin-poin pentingnya, kemudian di muat pada laman baru.

    Agar tidak mengesankan seakan-akan masalah ini hanya ada satu pendapat saja. Yg nyatanya, khilafiyat masalah ini sangat panjang. Baarakallahu fik.

    BalasHapus
  2. Usulan yang sangat bagus, semoga dimudahkan waktunya. Fik baarakallahu.

    BalasHapus

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.