Translate

Sabtu, 04 Juli 2015

9). Adh-Dha'if.



PERTEMUAN : KE - SEMBILAN
BUKU : MUSTHALAH AL-HADITS
PENGARANG : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
___________


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"ADH - DHA’IF"

Telah berlalu uraian pembagian hadits ahad jika ditinjau dari sisi kekuatan sanadnya. Bahwa ia terbagi menjadi lima. Dan telah berlalu juga uraian empat pembagian darinya. Kemudian yang berikutnya, yakni yang kelima sekaligus yang terakhir, adalah “Adh-Dha’if”.

*****

A). DEFINISI HADITS ADH - DHA’IF.

Berkata Asy-Syaikh rahimahullah ta’ala :

5_ وَ الضَّعِيفُ : مَا خَلاَ عَن شُرُوطِ الصَّحِيحِ وَالحَسَنِ

Dan pengertian Hadits Adh - Dha’if yaitu :
Suatu hadits yang kurang dari syarat - syarat shahih dan syarat - syarat hasan.

*****

B). CONTOH HADITS ADH - DHA’IF.

Berkata Asy-Syaikh rahimahullah ta’ala :

مِثَالُهُ : حَدِيثُ : احتَرِسُوا مِنَ النَّاسِ بِسُوءِ الظَّنِّ

Contohnya adalah, (seperti) hadits :

احتَرِسُوا مِنَ النَّاسِ بِسُوءِ الظَّنِّ

Berhati - hatilah dari manusia dengan berperasangka tidak baik.

*****

C). DI ANTARA SUMBER HADITS DHA’IF.

Berkata Asy-Syaikh rahimahullah ta’ala :

وَمِن مَظَانِ الضَّعِيفِ : مَا انفَرَدَ بِهِ العُقَيلِيُ، أَو ابنُ عَدِي، أَو الخَطِيبُ البَغدَادِيُ

Dan di antara sumber hadits dha’if adalah :
Apabila Al-‘Uqaili bersendirian dalam sebuah periwayatan. Demikian juga Ibnu ‘Adi. Demikian juga Al-Khathib Al-Baghdadi.

أَو ابنُ عَسَاكِرَ فِي تَارِيخِهِ

Demikian juga Ibnu ‘Asakir apabila bersendirian dalam “Tarikh”nya.

أَو الدَّيلَمِي فِي مُسنَدِ الفِردَوسِ

Demikian juga Ad-Dailami apabila bersendirian dalam “Musnad Al-Firdaus”.

أَو التِّرمِذِيُ الحَكِيمُ فِي "نَوَادِرِ الأُصُولِ" وَهُوَ غَيرُ صَاحِبِ السُّنَنِ

Demikian juga At-Tirmidzi Al-Hakim apabila bersendirian dalam “Nawadirul Ushul”, dan beliau bukan At-Tirmidzi pemilik kitab “As-Sunan”.

أَو الحَاكِمُ وَابنُ الجَارُودِ فِي تَارِيخِيهِمَا

Demikian juga Al-Hakim dan Ibnul Jarud apabila bersendirian dalam “Tarikh” mereka berdua.

*****

D). FAIDAH TAMBAHAN.

MENGENAL SEJENAK TAKHRIJ DAN TAHQIQ HADITS DI ATAS.

Hadits yang disebutkan oleh asy-syaikh rahimahullah di atas adalah riwayat imam Thabrani rahimahullah dalam “Al - Ausath”. Kitab yang ada pada penulis adalah cet : Dar Kutub Ilmiyah Beirut Lubnan 1/37. Berkata imam Thabrani rahimahullah :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ، يَعْنِي: ابْنُ الْقَاسِمِ بْنِ مُسَاوِرٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ يَحْيَى، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : احتَرِسُوا مِنَ النَّاسِ بِسُوءِ الظَّنِّ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad (yakni_ Ibnul Qasim Ibnu Musawir), telah menceritakan kepada kami Daud Ibnu Rusyaid, telah menceritakan kepada kami Baqiyah, dari Mu’awiyah Ibnu Yahya, dari Sulaiman Ibnu Muslim, dari Anas Ibnu Malik radhiallahu ‘anhu beliau berkata : Rasul Allah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

احتَرِسُوا مِنَ النَّاسِ بِسُوءِ الظَّنِّ

"Berhati - hatilah dari manusia dengan berperasangka tidak baik."

وَقَالَ : لَا يُرْوَى عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ، تَفَرَّدَ بِهِ بَقِيَّةُ

Dan berkata imam Thabrani rahimahullah :
Tidak diriwayatkan dari shahabat Anas Ibnu Malik radhiallahu ‘anhu melainkan hanya dengan sanad ini. (Sementara _pent) seorang perawi yang bernama “Baqiyah” bersendirian dalam periwayatan tersebut.

Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu ‘Adi rahimahullah, akan tetapi muaranya juga kembali kepada “Baqiyah”, dan “Baqiyah” bersendirian dalam periwayatan tersebut. (pent)

Dalam sanad di atas terdapat 2 (dua) perawi yang tidak selamat dari kritikan para pakar hadits. Sehingga hadits tersebut dihukumi dha’if. Bahkan sebagian ulama ada yang menyatakan hukum hadits tersebut mencapai taraf sangat lemah alias dha’if jiddan. Dan dha’if jiddan masuk dalam kategori “شَدِيدُ الضَّعفِ” (syadid dha’f). Dan “شَدِيدُ الضَّعفِ” (syadid dha’f) tidak bisa dijadikan syawahid atau penguat.

*****

Kedua perawi tersebut adalah :

Pertama.
Seorang perawi yang bernama Baqiyah. Beliau adalah :
Baqiyah Ibnul Walid Ibnu Sha’id Ibnu Ka’b Al-Kala’i abu Yuhmid Al-Himshi rahimahullah.

Berkata imam Ahmad rahimahullah :

إِذَا حَدَّثَ عَن قَومِ لَيسُوا بِمَعرُوفِينَ فَلاَ تَقبَلُوهُ

Apabila ia menyampaikan hadits dari kaum yang tidak ma’ruf (yakni bukan dari kalangan tsiqah _pent) maka jangan kalian terima (haditsnya _pent).

Dan berkata Abu Bakr Al-Baihaqi rahimahullah :

أَجمَعُوا عَلَى أَنَّ بَقِيَّةَ لَيسَ بِحُجَّةٍ

Mereka (yakni ahlul hadits _pent) bersepakat bahwa Baqiyah bukan hujjah. (Ini berkonsekwensi haditsnya tidak shahih _pent).

Dan berkata Ibnul Qathan rahimahullah :

يُدَلِّسُ عَنِ الضُّعَفَاءِ. وَيَستَبِيحُ ذَالِكَ. وَهَذَا إِن صَحَّ مُفسِدٌ لِعَدَالَتِهِ

Beliau (yakni Baqiyah) melakukan tadlis dari para perawi dha’if. Dan membolehkan hal tersebut. Apabila benar ia melakukan ini, maka merusak ‘ADL-nya.

Sementara di antara syarat hadits dihukumi shahih atau hasan adalah harus dari seorang perawi yang ‘Adl. (Buka kembali uraian definisi Shahih dan Hasan)

Dan berkata Abu Hatim rahimahullah :

يُكتَبُ حَدِيثُهُ وَلاَ يُحتَجُ بِهِ

Ditulis haditsnya. Dan tidak berhujjah dengan hadits tersebut.

Dan berkata An-Nasai rahimahullah :

إِن قَالَ "عَن" لاَ يَأخُذُ عَنهُ لاَ يَدرِي عَمَّن أَخَذَهُ

Apabila beliau menyampaikan hadits dengan kontek “عَن” maka janganlah seseorang mengambil darinya. Karena ia tidak mengetahui dari mana beliau mengambil.

Dan berkata Ibnu Hajar rahimahullah dalam “Taqrib” :

صَدُوقٌ كَثِيرُ التَّدلِيسِ عَنِ الضُّعَفَاءِ

Shaduq (bisa dipercaya) akan tetapi banyak melakukan tadlis dari para perawi yang dha’if.

Dan berkata juga Ibnu Hajar rahimahullah dalam “Hadyu Sari” :

مَشهُورٌ مُختَلَفٌ فِيهِ وَلَهُ مَوضِعٌ مُعَلَّقٌ

Masyhur dan diperselisihkan. Ia memiliki beberapa letak catatan.

*****

Kedua.
Seorang perawi yang bernama Mu’awiyah Ibnu Yahya. Beliau adalah :
Mu’awiyah Ibnu Yahya Asy-Syami Abu Muthi’ Ad-Dimasyqi Al-Athrabulisi.

Berkata Ibnu ‘Adi rahimahullah :

فِي بَعضِ رِوَايَتِهِ مَا لاَ يُتَابَعُ عَلَيهِ

Pada sebagian riwayatnya terdapat yang tidak bisa dikuatkan dengan mutaba’at (pendukung yang menguatkan _pent).

Dan berkata Abul Qasim Al Baghawi rahimahullah :

ضَعِيفٌ

Beliau seorang perawi yang dha’if.

Dan Al-Baihaqi rahimahullah menyebutkannya dalam “Asy-Syu’ab”, dan berkata :

مُنكَرٌ

Beliau seorang perawi yang munkar.

Dan berkata Ibnu Hajar rahimahullah dalam “Taqrib” :

صَدُوقٌ لَهُ أَوهَامٌ

Beliau seorang perawi yang shaduq (bisa dipercaya) dan memiliki kesalahan - kesalahan.

Dan berkata Adz-Dzahabi rahimahullah :

لَهُ مَنَاكِيرُ وَأَفرَادٌ

Beliau memiliki riwayat - riwayat munkar dan riwayat - riwayat yang bersendirian.

Wallahu a’lam bish shawab.

____


Ditulis oleh :
Ahad - 5 - Juli - 2015 M


0 komentar:

Posting Komentar

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.