(Bagian Kedua)
PERTEMUAN : KE-EMPAT
BUKU :
MUSTHALAH AL-HADITS
KARYA : IBNU
‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH
____________
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"SHAHABAT NABI"
Berkata
Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah
:
الصَّحَابِيُّ
أ_ تَعْرِيْفُ الصَّحَابِيِّ، بَ_ حَالُ الصَّحَابَةِ، ج_
آخِرُهُمْ مَوْتاً وَفَائِدَةُ مَعْرِفَتِهِ، د_ المُكْثِرُوْنَ مِنَ التَّحْدِيْثِ
(Pembahasan
seputar) Shahabat Nabi (yang mencakup) :
A). Definisi
Shahabat Nabi.
B).
Keadaan Shahabat Nabi.
C).
Shahabat Nabi Yang Paling Terakhir Wafat & Faidah Mengetahuinya.
D).
Para Shahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadits.
Dari 4 (empat) poin besar tersebut di atas, yang akan
kita kaji bersama pada pertemuan kali adalah poin A
dan poin B, insya Allah.
*****
A). Definisi Shahabat Nabi.
أ_ الصَّحَابِيُّ
مَنِ اجْتَمَعَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ رَآهُ
مُؤْمِناً بِهِ، وَمَاتَ عَلَى ذَلِكَ
Shahabat Nabi
adalah :
Siapa saja yang
berjumpa nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau
melihatnya dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal di atas hal tersebut.
فَيَدْخُلُ فِيْهِ: مَنِ ارْتَدَّ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الْإِسْلَامِ: كَالأَشْعَثْ
بْنِ قَيْسٍ؛ فَإِنَّهُ كَانَ مِمَّنِ ارْتَدَّ بَعْدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجِيْءَ بِهِ أَسِيْراً إِلَى أَبِيْ بَكْرٍ، فَتَابَ
وَقَبِلَ مِنْهُ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Maka masuk
dalam definisi tersebut di atas: siapa saja yang murtad kemudian kembali kepada
islam. Seperti: Al-Asy'ats Ibnu Qais;
sesungguhnya ia adalah termasuk orang yang murtad sepeninggal nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian
didatangkan kepada khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq
radhiallahu 'anhu sebagai seorang tawanan, kemudian ia bertaubat,
dan khalifah Abu Bakr radhiallahu 'anhu
menerimanya.
وَيَخْرُجُ مِنْهُ: مَنْ آمَنَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِيْ حَيَاتِهِ، ولَمْ يَجْتَمِعْ بِهِ: كَالنَّجَاشِيِّ
Dan keluar dari
definisi tersebut di atas: siapa saja yang beriman kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam semasa hidup
beliau dan tidak berjumpa dengan beliau
shallallhu 'alaihi wasallam. Seperti: An-Najasyi.
Tambahan faidah (pent)
:
Siapa saja yang
beriman kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam
semasa hidup beliau dan tidak berjumpa dengan beliau, hal ini para ulama
muhadditsin mengisthilahkan mereka sebagai "المخضرم" (Al-Mukhadhram). Dan akan datang uraiannya secara
tersendiri pada pertemuan ke-tujuh insya Allah.
وَمَنِ ارْتَدَّ وَمَاتَ عَلَى
رِدَّتِهِ: كَعَبْدِ اللهِ بْنِ خَطْلٍ قُتِلَ يَوْمَ الْفَتْحِ، وَرَبِيْعَةَ بْنِ
أُمَيَّةَ بْنِ خَلْفٍ ارْتَدَّ فِيْ زَمَنِ عُمَرَ وَمَاتَ عَلَى الرِّدَّةِ
Dan keluar juga
dari definisi tersebut di atas: siapa saja yang murtad dan meninggal di atas
kemurtadannya. Seperti: 'Abdullah Ibnu Khathl,
ia terbunuh di hari Fathu Makkah. Demikian juga seperti: Rabi'ah Ibnu Umayyah Ibnu Khalf, ia murtad di
zaman khalifah 'Umar Ibnul Khaththab radhiallahu
'anhu dan mati di atas kemurtadan. Na'udzubillah
Jumlah para shahabat (pent).
وَالصَّحَابَةُ عَدَدٌ كَثِيْرٌ، وَلَا يُمْكِنُ الْجَزْمُ بِحَصْرِهِمْ
عَلَى وَجْهِ التَّحْدِيْدِ، لَكِنْ قِيْلَ عَلَى وَجْهِ التَّقْرِيْبِ: أَنَّهُمْ
يَبْلُغُوْنَ مِئَة وَأَرْبَعَةَ عَشَرَ أَلْفاً
Jumlah shahabat
nabi shallallahu 'alaihi wasallam
sangat banyak. Dan tidak mungkin memastikan jumlah mereka dengan bilangan
tertentu. Akan tetapi ada yang mengatakan kurang lebih jumlah mereka mencapai 114.000 (seratus empat belas ribu).
B). Keadaan Shahabat Nabi.
Yang diinginkan
dari kalimat "Keadaan Shahabat Nabi" adalah tentang
ketsiqahan mereka dalam menyampaikan khabar-khabar dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Berkata
Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah
:
ب_ حَالُ الصَّحَابَةِ
وَالصَّحَابَةُ كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ ذَوُوْ عَدْلٍ، تُقْبَلُ رِوَايَةُ
الْوَاحِدِ مِنْهُمْ وَإِنْ كَانَ مَجْهُوْلاً، وَلِذَلِكَ قَالُوْا: جَهَالَةُ
الصَّحَابِيِّ لَا تَضُرُّ
Keadaan para
shahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Para shahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam seluruhnya
adalah "ثِقَاتٌ" (orang-orang yang terpercaya), "ذَوُوْ عَدْلٍ" (orang-orang yang memiliki 'Adalah). Riwayat satu orang
shahabat adalah diterima, walaupun ia majhul. Oleh karenanya para ulama
berkata:
جَهَالَةُ الصَّحَابِيِّ لَا تَضُرُّ
"Majhulnya
shahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam
tidak bermadharat."
وَالدَّلِيْلُ عَلَى مَا وَصَفْنَاهُ مِنْ حَالِ الصَّحَابَةِ: أَنَّ
اللهَ أَثْنَى عَلَيْهِمْ وَرَسُوْلُهُ فِيْ عِدَّةِ نُصُوْصٍ، وَأَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ قَوْلَ الْوَاحِدِ مِنْهُمْ إِذَا عُلِمَ
إِسْلَامُهُ، وَلَا يَسْأَلُ عَنْ حَالِهِ
Dan argument
atas apa yang kami sifatkan tersebut tentang keadaan para shahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah:
sesungguhnya Allah Jalla wa 'Ala dan Rasul-Nya memuji mereka dalam sejumlah
nash. Dan bahwasannya nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menerima ucapan salah seorang dari mereka tatkala ia diketahui
keislamannya. Dan beliau tidak mempertanyakan perihal keadaannya (apakah tsiqah
atau tidak _pent).
فَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّيْ رَأَيْتُ الْهِلَالَ:
يَعْنِيْ رَمَضَانَ، فَقَالَ: "أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ؟"،
قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ؟"،
قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "يَا بِلاَلَ أَذِّنْ فِيْ النَّاسِ فَلْيَصُوْمُوْا غَداً".
أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَابْنُ حِبَّان
Dari
shahabat Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma,
beliau berkata: "datang seorang badui kepada nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "sesungguhnya aku
melihat hilal -yakni ramadham- ".
Maka
nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya kepadanya: "apakah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak diibadahi selain Allah?". Maka iapun menjawab:
"na'am".
Kemudian nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali
bertanya: "apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul
Allah?". Maka iapun menjawab: "na'am".
Kemudian nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
kepada Bilal radhiallahu 'anhu:
"wahai Bilal, umumkanlah kepada
manusia, hendaknya mereka besok berpuasa".
(Hadits
ini dikeluarkan oleh Al-Khamsah, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban).
Wallahu
a'lam bish-shawab. Wa baarakallahu fikum.
Akhukum fillah :
Ahad, 18 - Muharram - 1437 H / 01 - 10 - 2015 M
0 komentar:
Posting Komentar