Translate

Selasa, 09 Agustus 2016

Dhabth Shadr.



DHABTH SHADHR

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما مزيدا، أما بعد..

Penjagaan terhadap sunnah-sunnah nabi shallallahu 'alaihi wasallam, demikian juga atsar-atsar para shahabat dan tabi'in radhiallahu 'anhum ajma'in, masyhur di kalangan ahli hadits mengalami dua fase; fase pertama adalah fase penjagaan dengan cara dihafal (الصدر حفظ), dan fase kedua adalah fase penjagaan dengan penulisan (الكتاب حفظ).

1). Fase Hifzh Shadr (Penjagaan Dengan Hafalan).

Penjagaan (الحفظ) atau penguasaan (الضبط) terhadap sunnah dan atsar dengan cara dihafal di dalam dada, ini adalah manhaj (metode) mayoritas ahli hadits dari kalangan para shahabat dan kibar tabi'in.

Mengapa para shahabat dan kibar tabi'in tidak membukukan hadits? Yang demikian itu, dikarenakan rasa takut mereka akan menjadi sebab tersamarkannya Al-Qur'an dengan pembukuan tersebut, dan karena kekuatan hafalan mereka yang berada pada puncak kesempurnaan, dan juga dikarenakan mayoritas mereka tidak bisa membaca atau menulis.   

Telah diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dengan sandanya yang sampai kepada 'Abdur Razzaq Ash-Shan'ani dari Ma'mar dari Az-Zuhri dari 'Urwah Ibnu Az-Zubair rahimahumullah, beliau berkata:

أنّ عمر بن الخطاب رضي الله عنه أراد أن يكتب السنن، فاستشار في ذلك أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأشاروا عليه أن يكتبها، فطفق عمر يستخير الله فيها شهرًا ثم أصبح يوما وقد عزم الله له قال: (إنّي كنت أردت أن أكتب السنن، وإني ذكرت قومًا كانوا قبلكم كتبوا كُتُبًا فَأَكَبُّوْا عليها وتركوا كتاب الله، وإني والله لا ألبِّس كتابَ اللهِ بشيءٍ أبدًا).

Sesungguhnya 'Umar Ibnul Khaththab radhialllahu 'anhu ingin membukukan sunnah-sunnah nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian beliaupun meminta pendapat para shahabat Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka merekapun memberi pendapat kepada 'Umar radhiallahu 'anhu agar beliau membukukannya. Maka 'Umar radhiallahu 'anhu terus menerus beristikharah kepada Allah hingga sebulan lamanya. Kemudian tatkala suatu hari Allah telah memberikan kemantapan kepada beliau, maka beliaupun berkata: "Sebenarnya aku ingin membukukan sunnah-sunnah nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian aku mengingat suatu kaum sebelum kalian, mereka menulis kitab-kitab, kemudian mereka tersibukkan dengan kitab-kitab tersebut, dan meninggalkan kitab Allah. Dan aku, sungguh demi Allah, tidak ingin menyamarkan kitab Allah dengan sesuatu apapun selamanya". [Al-Madkhal Ila As-Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqi: 731]

Sebagaimana juga telah dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu, beliau berkata:   

اعلم! علمني الله وإياك، أن آثار النبي صلى الله عليه و سلم لم تكن في عصر أصحابه وكبار تبعهم مدونة في الجوامع ولا مرتبة لأمرين؛ أحدهما: إنهم كانوا في ابتداء الحال قد نهوا عن ذلك كما ثبت في "صحيح مسلم"؛ خشية أن يختلط بعض ذلك بالقرآن العظيم، وثانيهما: لسعة حفظهم وسيلان أذهانهم ولأن أكثرهم كانوا لا يعرفون الكتابة.

Ketahuilah! Semoga Allah memberikan ilmu kepadaku dan kepadamu, sesungguhnya atsar-atsar nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dibukukan dan tidak pula ditartib dalam buku-buku himpunan di masa para shahabat dan kibar tabi'in, dikarenakan dua (2) perkara:

Pertama.
Karena mereka, pada awal keadaannya dilarang dari hal tersebut; sebagaimana telah datang penjelasannya dalam "Shahih Muslim"; dikhawatirkan sebagian hal tersebut akan bercampur dengan Al-Qur'an Al-'Azhim.  

Kedua.
Dikarenakan luasnya hafalan dan mengalirnya kecerdasan mereka. Dan karena kebanyakan mereka tidak mengetahui baca dan tulis. [Hadyu As-Sari Muqaddimah Fath Al-Bari Libni Hajar: 8].  

a). Shahifah Para Shahabat.

Demikianlah keadaan para shahabat dan kibar tabi'in, bahwa mayoritas mereka tidak menulis riwayat-riwayat dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi terdapat sebagian kecil dari kalangan para shahabat dan kibar tabi'in yang menulis apa-apa yang mereka riwayatkan dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Di antara shabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang memiliki tulisan adalah Zaid Ibnu Tsabit radhiallahu 'anhu, berkata Al-'Allamah 'Abdur Rahman Al-Mu'allimi Al-Yamani rahimahullahu:  

فقد رويت عن زيد بن ثابت الصحابي المشهور رسالة، كتبها في أحكام المواريث حوالي سنة (40) للهجرة النبوية، وفي سنن البيهقي قِطَعٌ كثيرة منها.

Telah diriwayatkan sebuah risalah dari Zaid Ibnu Tsabit radhiallahu 'anhu seorang shahabat yang masyhur, beliau menulis risalah tersebut berkenaan dengan masalah hukum waris sekitar tahun (40) hijrah nabawiyah. Dan dalam Kitab Sunan Al-Baihaqi terdapat banyak potongan-potongan dari risalah tersebut. ['Ilmu Rijal Wa Ahammiyatuhu li 'Abdur Rahman Al-Mu'allimi: 50].   

Demikian juga shahabat 'Abdullah Ibu 'Amr Ibu Al-'Ash radhiallahu 'anhuma, beliau berkata:

كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ عَنْ ذَلِكَ، وَقَالُوا: تَكْتُبُ وَرَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا؟ فَأَمْسَكْتُ حَتَّى ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: (اكْتُبْ! فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنْي إِلَّا حَقٌّ).

Aku dahulu selalu menulis semua yang aku dengar dari nabi sallallahu 'alaihi wasallam karena aku ingin menghafalnya. Namun quraisy melarangku dari hal tersebut, mereka berkata: kamu menulis semua ucapan Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan marah dan ridha? Maka akupun menahan dari menulis hingga menyampaikan hal tersebut kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda: (Tulislah! Sungguh demi Rabb yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah keluar dariku melainkan kebenaran). [Musnad Ahmad: 2/162].  

Dan tulisan-tulisan tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Shahifah". Adapun shahifah Abdullah Ibnu 'Amr Ibnu Al-'Ash radhiallahu 'anhuma, dikenal dengan nama "Shahifah Shadiqah":

ثم كانت صحيفة عند عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما وكان يسميها "الصادقة" كما في الطبقات لابن سعد وغيره.

Kemudian shahifah yang dipegang oleh 'Abdullah Ibnu 'Amr Ibnu Al-'Ash radhiallahu 'anhuma, beliau menamakannya "Shadiqah", sebagaimana disebutkan dalam Kitab Thabaqat Ibnu Sa'd dan selainnya. [Al-Madkhal Ila 'Ilmi Al-Musthalah Ali Ar-Razihi: 17].

يرويها عمرو بن شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو، عن أبيه، عن جده.

Kemudian shahifah tersebut diriwayatkan melalui jalur 'Amr Ibnu Syu'aib Ibnu Muhammad Ibnu 'Abdillah Ibnu 'Amr Ibnul Al-'Ash, dari bapaknya dari kakeknya radhiallahu 'anhum jami'a. ['Ilmu Rijal Wa Ahammiyatuhu li 'Abdur Rahman Al-Mu'allimi: 1/12]

Demikian juga di antara shahabat yang menulis apa yang ia riwayatkan dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah Usaid Ibnu Hudhair Al-Anshari radhiallahu 'anhu, beliau berkata:

فَكَتَبْتُ إِلَى مَرْوَانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى، وَقَضَى بِذَلِكَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ.

Maka aku menulis kepada Marwan Ibnu Al-Hakam, bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah menentukan suatu ketentuan, demikian juga Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman radhiallahu 'anhum telah menetukan dengan ketentuan tersebut. [Musnad Ahmad: 17986. Dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Juraij dari 'Ikrimah Ibnu Khalid dari Usaid Ibnu Hudhair].

Demikian juga Jabir Ibnu Samurah radhiallahu 'anhu telah menyampaikan hadits melalui tulisan, sebagaimana dipaparkan oleh 'Amir Ibnu Sa'd Ibnu Abi Waqash, beliau berkata:

كَتَبْتُ إِلَى جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ؛ أَنْ أَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَتَبَ إِلَيَّ؛ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لَا يَزَالُ الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ، أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمُ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً، كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ».

Aku menulis kepada Jabir Ibnu Samurah radhiallahu 'anhu; khabarkanlah kepadaku tentang sesuatu yang engkau dengar dari Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau menulis untukku; aku mendengar Rasul Allah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersbda: (Agama islam akan senantiasa tegak hingga hari kiamat, atau sampai habis dua belas khalifah memimpin kalian yang kesemuanya dari Quraisy). [Shahih Muslim: 1822].  

Demikian juga Jabir Ibnu 'Abdillah radhiallahu 'anhuma, beliau memiliki shahifah sebagaimana dikatakan Qatadah Ibnu Da'amah As-Sadusi rahimahullahu:  

أنا لصحيفة جابر بن عبد الله رضي الله عنهما أحفظ من سورة البقرة، و ما قرئ عليّ إلّا مرة.

Aku menghafal surat Al-Baqarah dari shahifah milik Jabir Ibnu 'Abdillah radhiallahu 'anhuma, dan tidaklah dibacakan kepadaku melainkan hanya sekali saja. [At-Tamyiz li Imam Muslim: 1/12 & Tarikh Kabir Lil Bukhari: 7/186].

b). Shahifah Kibar Tabi'in.

وهناك صحف متفرقة وكتابات متعددة في عهد التابعين الأكابر كصحيفة سعيد بن جبير عن ابن عباس، وصحيفة أبي الزبير عن جابر، وصحيفة أبي قلابة وغيرهم. 

Disana juga banyak terdapat shahifah dan berbagai tulisan yang terpencar di masa kibar tabi'in, seperti shahihfah Sa'id Ibnu Jubair dari Ibnu 'Abbas, shahifah Abu Az-Zubair dari Jabir, shahifah Abu Qilabah dan selain mereka, radhiallahu 'anhum ajma'in. [Al-Madkhal Ila 'Ilmi Al-Musthalah Li Ar-Razihi: 37]. 

Kemudian, di antara kibar tabi'in yang juga memiliki shahifah adalah Hammam Ibnu Munabbih Al-Yamani rahimahullah, terkumpul di dalam shahifah tersebut sekitar seratus empat puluh (140) hadits yang beliau riwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Berkata Al-'Allamah 'Abdur Rahman Al-Mu'allimi rahimahullahu: 

وأما التابعون فقل عالم منهم لم يكن عنده كتب، ولكن كانت الأحاديث تتجمع كيفما اتفق بلا تأليف ولا ترتيب، كما في صحيفة همام بن منبه اليماني عن أبي هريرة رضي الله عنه، وهي نحو مائة وأربعون حديثًا، تجدها في (مسند أحمد: 2/312-319)، و كذالك في (الصحيحين) وغيرهما مفرقة.

Adapun para tabi'in, hanya sedikit ahli ilmu di kalangan mereka yang tidak memiliki kitab. Akan tetapi hadits-hadits nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang telah terkumpulkan dengan berbagai cara belum tersusun dan tertata rapi. Sebagaimana pada Shahifah Hammam Ibnu Munabbih Al-Yamani dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, yang terdapat padanya sekitar seratus empat puluh (140) hadits. Shahifah tersebut ada dalam (Musnad Ahmad: 2/312-319) demikian juga ada dalam Shahihain dan selain keduanya terpisah-pisah. ['Ilmu Rijal Wa Ahammiyatuhu Li Al-Mu'allimi: 11]

Dan shahifah Hammam Ibnu Munabbih ini termasuk shahifah yang paling masyhur di kalangan ahli hadits. Konon, shahifah ini masih ada hingga saat ini, sebagaimana disampaikan oleh Doktor Muhammad Humaidillah; beliau telah menemukan dua manuskrip shahifah tersebut di Damasykus dan Berlin. [Al-Madkhal Ila 'Ilmi Al-Musthalah Li Ar-Razihi: 25].

Penulisan sunnah dan atsar pada fase ini (shahabat dan kibar tabi'in) tidaklah sama dengan fase penulisan pada masa imam Az-Zuhri dan masa setelahnya. Penulisan pada periode shahabat dan kibar tabi'in, sebagaimana telah disebutkan pada keterangan di atas; bahwa hadits-hadits nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang telah terkumpulkan dengan berbagai cara di masa tersebut belum tersusun dan tertata rapi. Akan tetapi lebih hanya mengarah kepada untuk dihafal dan dimuraja'ah (pengulangan hafalan).  

Dipaparkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu, beliau berkata:

اعلم! أن العلم المتلقى عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم من أقواله وأفعاله كان الصحابة رضي الله عنهم في زمن نبيهم صلى الله عليه وآله وسلم يتداولونه بينهم حفظاً له ورواية، ومنهم من كان يكتب كما تقدم في كتاب العلم عن عبد الله بن عمرو ابن العاصي رضي الله عنهما.

Ketahuilah! Bahwa ilmu yang diambil dari nabi shallallahu 'alahi wasallam berupa ucapan dan perbuatan beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dahulu mereka para shahabat radhiallahu 'anhum pada zaman nabi shallallahu 'alaihi wasallam saling mengambil di antara mereka dengan menghafalnya dan meriwayatkan. Di antara mereka juga ada yang menulis sebagaimana telah lalu uraiannya pada kitab ilmu dari 'Abdullah Ibnu 'Amr Ibnu Al-'Ash radhiallahu 'anhuma.

ثم بعد وفاة النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كان بعض الصحابة يرخص في كتابة العلم عنه، وبعضهم لا يرخص في ذلك، ودرج التابعون أيضاً على مثل هذا الاختلاف.

Kemudian setelah wafatnya baginda nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sebagian para shahabat ada yang memberikan keringanan untuk menulis ilmu, akan tetapi sebagian yang lain tidak memberikan keringanan pada hal tersebut. Demikian juga para tabi'in berjalan di atas perbedaan pendapat ini.

والذي كان يكتب في زمن الصحابة والتابعين لم يكن تصنيفاً مرتباً مبوباً، إنما كان يكتب للحفظ والمراجعة فقط، ثم إنه في عصر تابعي التابعين صنفت التصانيف، وجمع طائفة من أهل العلم كلام النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم، وبعضهم جمع كلام الصحابة رضوان الله عليهم.

Apa yang ditulis pada zaman shahabat dan tabi'in tidak tertartib dan tidak disusun berdasarkan kategori. Akan tetapi yang ditulis tersebut hanyalah untuk dihafal dan dimuraja'ah saja. Hingga tiba masa tabi-tabi'in maka disusunlah berbagai karya tulis. Sekelompok ahli ilmu mengumpulkan ucapan-ucapan nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan sekelompok yang lain mengumpulkan ucapan-ucapan para shahabat ridwanullahu 'alaihim. [Syah Ilal At-Tirmidzi Libni Rajab: 1/117]. 

Demikian uraian ringkas mengenai 1). Fase Hifzh Shadr (Penjagaan Dengan Hafalan). Adapun untuk uraian: 2). Fase Hifzh Al-Kitab (Penjagaan Dengan Penulisan), insya Allah akan kita uraikan pada pertemuan berikutnya.  

Wallahu a’lam bish shawab wa baarakallahu fikum.

Ditulis oleh :
Selasa - 06 - Dzul Qa'dah - 1437 H / 09 - Juli - 2016 M


0 komentar:

Posting Komentar

Mubaarok Al-Atsary. Diberdayakan oleh Blogger.